Rabu, 27 Maret 2013



Kehidupan dunia ini memang indah dan memukau, tak pelak banyak manusia kecuali yang dirahmati oleh Allah terbuai dan terpesona dengan kehidupan yang semu ini. Dunia telah disifati oleh Allah sebagai kesenangan yang menipu, tempat berbangga-bangga dengan harta dan anak-anak. Allah Ta’ala berfirman,
ุงุนْู„َู…ُูˆุง ุฃَู†َّู…َุง ุงู„ْุญَูŠَุงุฉُ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู„َุนِุจٌ ูˆَู„َู‡ْูˆٌ ูˆَุฒِูŠู†َุฉٌ ูˆَุชَูَุงุฎُุฑٌ ุจَูŠْู†َูƒُู…ْ ูˆَุชَูƒَุงุซُุฑٌ ูِูŠ ุงْู„ุฃَู…ْูˆَุงู„ِ ูˆَุงْู„ุฃَูˆْู„ุงَุฏِ ูƒَู…َุซَู„ِ ุบَูŠْุซٍ ุฃَุนْุฌَุจَ ุงู„ْูƒُูَّุงุฑَ ู†َุจَุงุชُู‡ُ ุซُู…َّ ูŠَู‡ِูŠุฌُ ูَุชَุฑَุงู‡ُ ู…ُุตْูَุฑًّุง ุซُู…َّ ูŠَูƒُูˆู†ُ ุญُุทَุงู…ًุง ูˆَูِูŠ ุงْู„ุฃَุฎِุฑَุฉِ ุนَุฐَุงุจٌ ุดَุฏِูŠุฏٌ ูˆَู…َุบْูِุฑَุฉٌ ู…ِّู†َ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุฑِุถْูˆَุงู†ٌ ูˆَู…َุงุงู„ْุญَูŠَุงุฉُ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุข ุฅِู„ุงَّ ู…َุชَุงุนُ ุงู„ْุบُุฑُูˆุฑِ

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridlaannya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20).

Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan tentang bahaya terlena dengan kehidupan dunia, sebagaimana dalam firman-Nya,


ุฅِู†ِّ ู…ِู…َّุง ุฃَุฎَุงูُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِูŠ ู…َุง ูŠُูْุชَุญُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฒَู‡ْุฑَุฉِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุฒِูŠู†َุชِู‡َุง

Sesungguhnya di antara perkara yang aku khawatirkan atas kalian setelahku adalah dibukakan kepadamu kesenangan dunia dan perhiasannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hinanya Kehidupan Dunia

Sebenarnya, banyak orang yang telah memahami hakikat dunia ini, namun masih banyak pula yang terjebak di dalamnya. Yang paling menyedihkan adalah, orang yang tidak mengerti sama sekali hakikat dunia. Mereka adalah orang-orang yang terombang-ambing dalam pusaran gelombang hawa nafsu yang sengaja dipasang oleh setan untuk dijadikan perangkap dalam menyesatkan manusia. Padahal harga dunia seisinya telah digambarkan oleh Nabi shallallahu’alaihiwasallam dalam sabdanya,
ู„َูˆْ ูƒَุงู†َุชْ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุชَุนْุฏِู„ُ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฌَู†َุงุญَ ุจَุนُูˆุถَุฉٍ؛ ู…َุง ุณَู‚َู‰ ูƒَุงูِุฑًุง ู…ِู†ْู‡َุง ุดَุฑْุจَุฉَ ู…َุงุกٍ

“Andaikan dunia di sisi Allah seharga sayap seekor nyamuk; niscaya Allah tidak akan memberikan seteguk air pun untuk orang kafir”. HR. Tirmidzy dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu dan isnadnya dinyatakan sahih oleh al-Hakim.

Sayap seekor nyamuk, siapa yang mau? Diberi gratispun kita tidak mau. Namun anehnya tidak sedikit di antara manusia yang mati-matian berebut sayap nyamuk tersebut, bahkan sampai mempertaruhkan surga mereka sekalipun!

Kesenangan dunia dan perhiasannya telah menjadikan banyak manusia lupa dan lalai. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan umatnya dilalaikan dengan mengejar dunia dan melupakan kehidupan akhirat. Perbuatan demikian dapat menyebabkan kaum muslimin mendapatkan hal yang tidak diinginkan yaitu:

  • Menjadi terhina di hadapan kaum kuffar.

Sebagaimana sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam
ุฅِุฐَุง ุชَุจَุงูŠَุนْุชُู…ْ ุจِุงู„ْุนِูŠู†َุฉِ ูˆَุฃَุฎَุฐْุชُู…ْ ุฃَุฐْู†َุงุจَ ุงู„ْุจَู‚َุฑِ ูˆَุฑَุถِูŠุชُู…ْ ุจِุงู„ุฒَّุฑْุนِ ูˆَุชَุฑَูƒْุชُู…ْ ุงู„ْุฌِู‡َุงุฏَ ุณَู„َّุทَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุฐُู„ًّุง ู„َุง ูŠَู†ْุฒِุนُู‡ُ ุญَุชَّู‰ ุชَุฑْุฌِุนُูˆุง ุฅِู„َู‰ ุฏِูŠู†ِูƒُู…ْ

Apabila kamu berjual beli dengan cara riba, mengambil ekor sapi, rela dengan tanaman dan meninggalkan jihad (membela agama), Allah akan kuasakan kehinaan kepadamu dan Dia tidak akan mencabutnya sampai kamu kembali kepada agamamu (yang benar).” (HR Abu Dawud dan lainnya).[1]

Ini artinya, kaum muslimin lebih mencintai dunia dan tidak mau membela agama Allah. Mereka lebih disibukkan dengan mengejar dunia dan perhiasannya walaupun dengan cara yang diharamkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Allah pun menjadikan kewibawaan kaum muslimin hilang dan Allah jadikan mereka terhina bagaikan buih yang bawa oleh banjir. Rosulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ูŠُูˆุดِูƒُ ุงู„ْุฃُู…َู…ُ ุฃَู†ْ ุชَุฏَุงุนَู‰ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูƒَู…َุง ุชَุฏَุงุนَู‰ ุงู„ْุฃَูƒَู„َุฉُ ุฅِู„َู‰ ู‚َุตْุนَุชِู‡َุง ูَู‚َุงู„َ ู‚َุงุฆِู„ٌ ูˆَู…ِู†ْ ู‚ِู„َّุฉٍ ู†َุญْู†ُ ูŠَูˆْู…َุฆِุฐٍ ู‚َุงู„َ ุจَู„ْ ุฃَู†ْุชُู…ْ ูŠَูˆْู…َุฆِุฐٍ ูƒَุซِูŠุฑٌ ูˆَู„َูƒِู†َّูƒُู…ْ ุบُุซَุงุกٌ ูƒَุบُุซَุงุกِ ุงู„ุณَّูŠْู„ِ ูˆَู„َูŠَู†ْุฒَุนَู†َّ ุงู„ู„َّู‡ُ ู…ِู†ْ ุตُุฏُูˆุฑِ ุนَุฏُูˆِّูƒُู…ْ ุงู„ْู…َู‡َุงุจَุฉَ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ูˆَู„َูŠَู‚ْุฐِูَู†َّ ุงู„ู„َّู‡ُ ูِูŠ ู‚ُู„ُูˆุจِูƒُู…ْ ุงู„ْูˆَู‡ْู†َ ูَู‚َุงู„َ ู‚َุงุฆِู„ٌ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَู…َุง ุงู„ْูˆَู‡ْู†ُ ู‚َุงู„َ ุญُุจُّ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَูƒَุฑَุงู‡ِูŠَุฉُ ุงู„ْู…َูˆْุชِ

Hampir-hampir umat-umat kafir saling memanggil untuk melahap kalian sebagaimana orang-orang lapar saling memanggil untuk melahap hidangan“. Lalu seorang shahabat berkata: ”Apakah jumlah kita sedikit waktu itu ? beliau bersabda: ”Justru jumlah kalian banyak pada waktu itu, akan tetapi seperti buih yang dibawa oleh banjir, dan Allah benar-benar akan mencabut rasa takut kepada kalian dari dada-dada mereka, dan melemparkan kepada hati kalian al wahan“. Seorang sahabat berkata: ”Apakah al wahan itu ? beliau bersabda: ”cinta dunia dan takut mati.“ (HR Abu Dawud no 4297 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani dalam shahih Sunan Abi Dawud).

  • Saling menumpahkan darah.

Cinta dunia menjadikan manusia gelap mata dan kikir, sehingga mereka berlomba mencarinya dengan berbagai macam cara walaupun harus dengan menumpahkan darah saudaranya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ุธُّู„ْู…َ ูَุฅِู†َّ ุงู„ุธُّู„ْู…َ ุธُู„ُู…َุงุชٌ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ูˆَุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ุดُّุญَّ ูَุฅِู†َّ ุงู„ุดُّุญَّ ุฃَู‡ْู„َูƒَ ู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ู‚َุจْู„َูƒُู…ْ ุญَู…َู„َู‡ُู…ْ ุนَู„َู‰ ุฃَู†ْ ุณَูَูƒُูˆุง ุฏِู…َุงุกَู‡ُู…ْ ูˆَุงุณْุชَุญَู„ُّูˆุง ู…َุญَุงุฑِู…َู‡ُู…ْ.

Jauhilah berbuat zalim karena kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Jauhilah syuhh (sangat kikir) karena sangat kikir itu telah membinasakan orang-orang sebelum kamu dan membawa mereka untuk menumpahkan darah dan menganggap halal wanita-wanita mereka.” (HR Muslim).

Sifat syuhh muncul akibat cinta dunia yang amat sangat, Ath-Thibi rahimahullah berkata, “Bakhil adalah kikir dan syuhh adalah bakhil yang disertai berbuat zalim, (dalam hadis ini) disebutkan syuhh setelah menyebutkan zalim untuk menunjukkan bahwa syuhh adalah macam zalim yang paling berat akibat dari cinta dunia dan kelezatannya”. [2]

Sejarahpun telah mencatat bagaimana kaum muslimin saling menumpahkan darah untuk merebut tahta, sebagaimana disebutkan bahwa ketika Bani Umayah telah ditumbangkan oleh Bani Abasiyah, setiap harinya algojo-algojo Bani Abasiyah membunuh delapan puluh orang dari Bani Umayah lalu mereka menggelar tikar dan makan minum di atas mayat-mayatnya. Dunia Islam tak pernah sepi dari perang saudara sebagaimana yang kita baca dalam kitab-kitab sejarah akibat cinta dunia dan kelezatannya. Allahul musta’an.

  • Tidak peduli halal dan haram.

Cinta dunia menjadikan manusia membabi buta tak peduli kepada halal dan haram, tidak ada lagi rasa takut kepada siksa Allah Ta’ala, ia mencari rizki tanpa mempedulikan hukum-hukum Allah sebagaimana disebutkan dalam hadis:
ู„َูŠَุฃْุชِูŠَู†َّ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุงุณِ ุฒَู…َุงู†ٌ ู„َุง ูŠُุจَุงู„ِูŠ ุงู„ْู…َุฑْุกُ ุจِู…َุง ุฃَุฎَุฐَ ุงู„ْู…َุงู„َ ุฃَู…ِู†ْ ุญَู„َุงู„ٍ ุฃَู…ْ ู…ِู†ْ ุญَุฑَุงู…ٍ

Sesungguhnya akan datang kepada manusia suatu zaman dimana seseorang tidak memperdulikan dengan apa ia mengambil harta, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram“. (HR Bukhari).

Perkara-perkara ini yang dikhawatirkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atas umatnya apabila kesenangan dunia dibukakan kepada mereka, oleh karena itu beliau menganggap bahwa orang yang rakus dengan dunia dan tamak kepada harta lebih berbahaya dari serigala lapar, beliau bersabda:
ู…َุง ุฐِุฆْุจَุงู†ِ ุฌَุงุฆِุนَุงู†ِ ุฃُุฑْุณِู„َุง ูِูŠ ุบَู†َู…ٍ ุจِุฃَูْุณَุฏَ ู„َู‡َุง ู…ِู†ْ ุญِุฑْุตِ ุงู„ْู…َุฑْุกِ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…َุงู„ِ ูˆَุงู„ุดَّุฑَูِ ู„ِุฏِูŠู†ِู‡ِ

Tidaklah dua serigala lapar yang dilepaskan kepada seekor kambing lebih berbahaya untuk agama seseorang dari orang yang rakus terhadap harta dan kedudukan“. (HR. At-Tirmidzi dan lainnya).

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Ini adalah permisalan yang agung yang diumpamakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi kerusakan agama seorang muslim akibat rakus terhadap harta dan kedudukan dunia dan bahwa kerusakannya tidak lebih berat dari rusaknya kambing yang dimangsa oleh dua ekor serigala lapar..”. [3]

  • Mengorbankan prinsip-prinsip agama untuk menjaga kedudukan sosial.

Allah ta’ala menggambarkan akibat perilaku tersebut dalam firman-Nya,
ุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุงุดْุชَุฑَูˆُุง ุงู„ْุญَูŠَุงุฉَ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุจِุงู„ْุขَุฎِุฑَุฉِ ูَู„َุง ูŠُุฎَูَّูُ ุนَู†ْู‡ُู…ُ ุงู„ْุนَุฐَุงุจُ ูˆَู„َุง ู‡ُู…ْ ูŠُู†ْุตَุฑُูˆู†َ.

Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azabnya dan mereka tidak akan ditolong”. QS. Al-Baqarah: 86.

  • Menghalalkan segala cara demi meraih kursi jabatan.

Rasulullah shallallahu’alahiwasallam menasehatkan,
ู„َุง ุชَุณْุฃَู„ْ ุงู„ْุฅِู…َุงุฑَุฉَ! ูَุฅِู†َّูƒَ ุฅِู†ْ ุฃُูˆุชِูŠุชَู‡َุง ุนَู†ْ ู…َุณْุฃَู„َุฉٍ ูˆُูƒِู„ْุชَ ุฅِู„َูŠْู‡َุง، ูˆَุฅِู†ْ ุฃُูˆุชِูŠุชَู‡َุง ู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِ ู…َุณْุฃَู„َุฉٍ ุฃُุนِู†ْุชَ ุนَู„َูŠْู‡َุง

“Janganlah meminta-minta jabatan, sebab jika engkau mendapatkan suatu jabatan lantaran permintaan darimu niscaya engkau tidak akan mendapatkan pertolongan dari Allah ta’ala. Namun jika engkau mendapatkannya bukan karena permintaan darimu niscaya engkau akan mendapatkan bantuan (dari Allah ta’ala) dalam mengembannya”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu’anhu)

  • Mengorbankan tali silaturrahim karena berebut warisan.

Dari Jubair bin Muth’im bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
ู„َุง ูŠَุฏْุฎُู„ُ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ ู‚َุงุทِุนٌ

“Tidak akan masuk surga pemutus (silaturrahim).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perbandingan Dunia dan Akherat

Berkata syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah,

Bandingkanlah kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, agar kita mengetahui perbedaan kedua negeri tersebut. Di negeri akhirat terdapat semua yang diinginkan oleh jiwa dan mata. Surga adalah darus salรขm (kampung kedamaian), yang terlepas dari berbagai kekurangan, bala`, penyakit, kematian, kesusahan maupun usia yang tua. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ู„َู…َูˆْุถِุนُ ุณَูˆْุทٍ ุฃَุญَุฏِูƒُู…ْ ูِูŠ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ุฎَูŠْุฑٌ ู…ِู†ْ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَู…َุง ูِูŠู‡َุง

Sesungguhnya tempat cemeti kalian di surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya [HR. Ahmad no. 21732]

Ini adalah ucapan seorang nabi yang jujur lagi dipercaya. Sesungguhnya tempat tongkat di surga itu lebih baik dari dunia ini semuanya, dari awal hingga akhirnya dengan segala kenikmatan dan kemewahan yang ada di dalamnya. Apabila ini saja lebih baik dari dunia semuanya, lalu bagaimana dengan kenikmatan sejenak yang engkau dapatkan di dunia?

Wahai kaum Muslimin, Sungguh mengherankan sekali ada kaum yang lebih mengutamakan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat. Padahal akhirat itu lebih baik dan kekal. Mereka lebih mengutamakan dunia dari pada akhirat. Mereka mencari dunia dan meninggalkan amal akhirat. Meraka sangat berambisi untuk mendapatkan dunia dan melewatkan apa yang Allah Azza wa Jalla wajibkan kepada mereka. Mereka tenggelam dalam hawa nafsu dan kelalaian.

Mereka tidak lagi ingat dari kewajiban bersyukur kepada dzat yang telah memberikan nikmat kepada mereka. Ciri-ciri mereka yaitu bermalas-malasan mengerjakan shalat dan merasa berat untuk berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Di dunia ini mereka berani bermuamalah riba yang telah direkayasa, atau dengan riba terang-terangan tanpa merasa salah sama sekali. Mereka berbohong dalam setiap pembicaraan, tidak menunaikan janji-janji mereka, tidak berbuat baik kepada orang tua dan tidak menyambung silaturahmi.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang lebih mengutamakan akhirat dari pada dunia, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jagalah kami dari api neraka.[4]














[1]  Abu Dawud no 3462 dari jalan Haywah bin Syuraih dari Ishaq Abu Abdirrahman Al Khurrasani dari ‘Atha Al Khurrasani dari Nafi’ dari ibnu Umar. Qultu, “Sanad hadis ini lemah karena Ishaq bin Asid Abu Abdirrahman adalah perawi yang lemah demikian pula ‘Atha Al-Khurrasani. Namun imam Ahmad no 4593 meriwayatkan dari jalan Abu Bakar bin ‘Ayyasy dari Al-A’masy dari Atha’ bin Abi Rabah dari Ibnu Umar. Qultu, “Sanad ini shahih”. Dan hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani dalam Silsilah Hadis Shahih, no. 11.






[2]  Faidlul Qadiir: 1/175.




[3]  Syarah Hadits Maa Dzi’baani: hal 21.




[4]  Dikutip dari Adl-Dhiyaaul Laami` Minal Khuthaabil Jawaami``, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: 6/282.


1 komentar:

  1. Atsar mengatakan : orang "cerdas" adalah mereka yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan beramal untuk kehidupan akhirat, sedang orang "tidak cerdas" adalah mereka yang berangan-angan dan selalu mengikuti hawa nafsu/ra'yu

    BalasHapus

Artikel Terbaru

Popular Posts