Rabu, 17 Juli 2013






رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Ya Rab kami, sempurnakanlah cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim: 8)

Do’a yang bermanfaat ini datang di dalam Al-Qur’an konteksnya berkaitan dengan do’anya orang-orang mukmin pada hari kiamat tatkala dipadamkan cahaya orang-orang munafiq saat itu, wal’iyadzubillah. Telah shahih penafsiran dari imam Mujahid rahimahullah tentang fiman Allah Ta’ala:  “Ya Rab kami, sempurnakanlah cahaya kami” ia berkata, (قول المؤمنين حين يطفأ نور المنافقين)

“Ini adalah ucapan orang-orang mukminin (di akherat) tatkala dipadamkan cahaya orang-orang munafiq.”[1]

Ayat di atas terkait dengan firman Allah,
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

  “...Orang-orang  beriman yang bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka.”  (At-Tahrim: 8)

Dengan Cahaya itulah Nabi shallallahu’alaihi wasallam akan mengetahui umatnya, sebagaimana sabda beliau,
((أَنَا أَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ بِالسُّجُودِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ أَنْ يَرْفَعَ رَأْسَهُ، فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأُنْظِرُ بَيْنَ يَدَيَّ، فَأَعْرِفُ أُمَّتِي مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ))، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَكَيْفَ تَعْرِفُ أُمَّتَكَ مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ؟ مَا بَيْنَ نُوحٍ إِلَى أُمَّتِكَ؟ قَالَ: ((غُرٌّ مُحَجَّلُونَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ، ولَا يَكُونُ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَمِ غَيْرِهِمْ، وَأَعْرِفُهُمْ أَنَّهُمْ يُؤْتَوْنَ كُتُبَهُمْ بِأَيْمَانِهِمْ، وَأَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ، وَأَعْرِفُهُمْ بِنُورِهِمُ الَّذِي بَيْنَ أَيْدِيهِمْ، وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ، وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ))

  “Aku adalah orang yang pertamakali diizinkan untuk sujud pada hari kiamat, dan orang pertama yang diberi izin untuk mengangkat kepalanya, maka kemudian aku pun mengangkat kepalaku, kemudian aku melihat melihat kedepan , sehingga aku pun dapat mengetahui umatku diantara umat-umat yang ada.” Maka ada seorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah anda mengetahui umat anda diantara umat-umat yang ada?” Maka beliau menjawab, “Dengan Cahaya putih yang bersinar disebabkan bekas wudhu’ yang mana cahaya tersebut tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain, aku juga mengetahui mereka tatkala mereka menerima kitab catatan (amal) dengan tangan-tangan kanan mereka, aku mengetahui mereka dengan bekas sujud yang ada di wajah-wajah mereka, dan aku mengetahui mereka dengan cahaya yang ada dihadapan mereka disebelah kanan dan kiri mereka.”[2]

Adapun maksud dari firman Allah نُورُهُمْ يَسْعَى : artinya, Cahaya keimanan dan ketaatan mereka akan berjalan dengan cepat (tatkala menyeberang) di atas shirath (jembatan).

Adapun maksud dari firman Allah بَيْنَ أَيْدِيهِمْ : artinya, Cahaya tersebut akan menerangi apa-apa yang ada di hadapan mereka.

Adapun maksud firman Allah وَبِأَيْمَانِهِمْ : artinya, Cahaya tersebut juga menerangi arah kanan mereka dan arah kiri mereka secara jelas. [3]

Kemudian tatkala cahaya orang-orang munafiq padam, maka orang-orang mukmin pun berkata  رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا (Wahai Rab kami semprnakanlah untuk kami cahaya kami). Yang dimaksud dengan penyempurnaan di sini adalah, terus berkesinambungnya (cahaya seorang mukmin) sampai menerangi mereka kesurga negeri penuh dengan keselamatan. Berkata Adh-Dhahhak rahimahullah,
ليس أحد إلا يُعطَى نوراً يوم القيامة ، فإذا انتهوا إلى الصراط طفئ نور المنافقين فلما رأى المؤمنون ذلك أشفقوا أن يطفأ نورهم كما طفأ نور المنافقين

 “Tidak ada seorang pun pada hari kiamat melainkan mereka akan diberi cahaya, namun tatkala telah sampai shirath (jembatan) akan padamlah cahaya orang-orang munafiq, maka tatkala orang-orang mukmin melihat hal tersebut mereka merasa khawatir cahaya mereka akan padam sebagaimana padamya cahaya orang-orang munafik.”[4]

Berkata Al-Allamah Abdurrahman As-Si’di rahimahullah,
حين يسعى المؤمنون يوم القيامة بنور إيمانهم، ويمشون بضيائه، ويتمتعون بروحه وراحته، ويشفقون إذا طفئت الأنوار، التي تعطى المنافقين، ويسألون اللَّه تعالى أن يُتمِّمَ لهم نورهم، فيستجيب اللَّه دعوتهم، ويوصلهم بما معهم من النور واليقين، إلى جنات النعيم، وجوار الرب الكريم، وكل هذا من آثار التوبة النصوح

  “Tatkala orang-orang mukmin berjalan pada hari kiamat dengan cahaya keiman mereka dan mereka merasakan kenikmatan disertai ketenangan dan rasa santai, kemudian mereka pun merasakan juga kekhawatiran tatkala cahaya yang dimiliki orang-orang munafik padam. Akhirnya mereka pun memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia berkenan menyempurnakan cahaya mereka, dan Allah pun memperkenankan do’a mereka. Allah pun terus menambahkan bagi mereka (orang-orang mukmin) cahaya dan keyakinan yang mengantarkan mereka menuju surga yang penuh dengan kenikmatan di sisi Allah Yang Maha Pemurah, dan itu semua adalah dampak positif dari taubat yang nasuha’.”[5]

Adapun maksud firman Allah إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ : Mereka (orang-orang mukmin) menutup do’anya dengan kalimat ini adalah sebagai bentuk pengakuan bahwa sesengguhnya tidaklah kami memohon kepada Engkau, melainkan karena Engkau Maha Mampu atas segala sesuatu, tidak ada yang sulit bagi-Mu, oleh karena itu sempurnakanlah kebaikan ini, dan langgengkanlah sampai kami masuk kedalam apa yang dijanjikan kepada kami berupa negeri (surga) yang penuh dengan keselamatan.

Dan cahaya tersebut wahai hamba Allah, sesuai dengan amalan yang engkau amalkan di dunia. Sedangkan balasan itu sesuai dengan apa yang diamalkan.

Berkata Abdullah bin Mas’ud tatkala ia menafsirkan firman Allah Ta’ala,

﴿يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ“Sedang cahaya tersebut memancar di hadapan mereka”
قَالَ: يُؤْتَوْنَ نُورَهُمْ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ، يَمُرُّونَ عَلَى الصِّرَاطِ، مِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ الْجَبَلِ، وَمِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ النَّخْلَةِ، وَأَدْنَاهُمْ نُورًا مَنْ نُورُهُ عَلَى إِبْهَامِهِ يُطْفَأَ مَرَّةً، وَيُوقَدُ أُخْرَى

 “Mereka diberi cahaya sesuai dengan kadar amalan mereka, tatkala mereka mereka melewati shirath (jembatan) ada yang cahayanya seperti gunung, ada diantara mereka yang cahayanya seperti pohon kurma, dan yang paling bawah diantara mereka (seorang) yang memiliki cahaya sebesar ibu jari yang kadang menyala dan kadang padam.”[6]

Atsar Ibnu Mas’ud diatas dihukumi marfu’ yaitu bagian dari sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam, hal itu dikarenakan permasalahan tersebut adalah perkara ghoib yang tidak diketahui melainkan dari Allah Ta’ala.

Oleh karena itu hendaknya seorang hamba selalu memohon kepada Allah agar disempurnakan cahayanya, serta mengusahakannya (dengan amal) di dunia agar dia memperoleh kesempurnaan cahaya pada diatas shirath hari kiamat. Sungguh Nabi shallallahu’alaihi wasallam telah meminta kepada Allah agar disempurnakan cahaya dalam seluruh jasad beliau yang mulia; agar sempurna sebuah pengetahuan, ilmu dan petunjuk, sedangkan Rasulullah adalah suri tauladan yang baik bagi kita. Beliau berdo’a,[7]
اللهُمَ اجعَل فِي قَلبِي نُوراً وفِي سَمعي نُوراً وعَن يَمينِي نُوراً وعن يَسارِي نُوراً وفَوقِي نُوراً وتَحتِي نُوراً وأَمامِي نُوراً وخَلفِي نُوراً وأَعظِم لِي نُوراً

  “Ya Allah, jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya pada pendengaranku, cahaya dari arah kananku, cahaya dari arah kiriku, cahaya dari arah atasku, cahaya dari arah bawahku, cahaya dari arahdepanku, dan cahaya dari arah belakangku, serta perbesarlah cahaya tersebut untukku.” Berkata Kuraib:
وسَبعاً فِي التَابُوت فَلقيتُ رَجلاً مِن ولَدِ العَباس فَحدَّثنِي بِهنَّ فذكر عَصبِي ولَحمِي ودَمِي وشَعَرِي وبَشَرِي ...وزِدنِي نُوراً وزِدنِي نُوراً وزِدنِي نُوراً

  “Adatujuh perkara di dalam thabut (peti), yang mana aku berjumpa dengan salah seorang anak Al-Abbas kemudian ia menceritakan hal tersebut dan menyebutkan: “(berilah cahaya) pada uratku, dagingku, darahku, rambutku, dan kulitku....tambahkanlah cahaya 3x.” [8]

Kesimpulan dan Faedah:

1. Pentingnya berdo’a kepada Allah dengan doa ini, karena di dalamnya terdapat dua permintaan yang paling mulia di dunia maupun akhirat.

a).  Disempurnakan cahaya artinya ditambahkan padanya ilmu, petunjuk, dan iman; oleh karena itu Nabi shallallahu’alaihi wasallam berdoa dengannya tatkala menuju masjid, sujud, qiyamullail, bahkan beliau meminta dengan berulang-ulang agar diperbesar cahaya tersebut pada setiap jasad beliau yang suci. Barang siapa yang Allah anugerahkan di dunia berupa cahaya, maka Allah akan sempurnakan cahaya tersebut di aherat.

b) Meminta kepada Allah Ta’ala berupa pengampunan dari dosa-dosa, inilah yang dimaksud dengan perlindungan dari segala kejelekan dan yang terbesar adalah neraka wal’iyadzubillah.

2. Seluruh makhluk itu membutuhkan, bahkan para nabi sekali pun, terhadap dua permintaan ini di dunia dan akhirat.

3. Meminta dengan nama Allah Ta’ala Al-Qadir (Yang Maha Mampu) sangatlah cocok dalam segala do’a dan permintaan.

4. Buah utama yang didapat dari taubat nasuha’ adalah: keberuntungan, keselamatan dan keamanan sampai surga negeri penuh keselamatan.

5. keutamaan do’a dan keagungannya, yang mana manfaatnya akan kembali kepada orang yang berdo’a dengan kebaikan tersebut di dunia maupun di akherat, oleh karena itu tidak boleh seorang makhluk merasa cukup darinya walaupun mereka adalah orang-orang yang memiliki martabat dan kedudukan mulia.

Sumber: www.kalemtayeb.com/index.php/kalem/.../3085








[1]  Tafsir Mujahid: 4/403, Tafsir Ath-Thabari: 23/496 dan ia menshahihkannya di dalam Tafsir Ash-Shahih: 4/511.




[2]  HR. Ahmad: no, 2737-21739, Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman: 4/262, Al-Bazzar: 2/116, Ath-Thabrani di dalam Al-Aushath: 3/304, Al-Hakim: 2/250. Dan di shahihkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Shahih At-Targhib: 1/43. No, 180.




[3]  Tanwirul Adzhan dari Tafsir Ruhul Bayan karya Al-Barusi: 4/375.




[4]  Tafsir Ibnu Katsir: 4/405, kemudian terdapat di dalam riwayat At-Thabari dalam tafsirnya: 23/496 dari Hasan Al-Bashri berkata:
ليس أحد إلا يُعطى نورًا يوم القيامة، يعطى المؤمن والمنافق، فيطفأ نور المنافق، فيخشى المؤمن أن يطفأ نوره

  “Tidak ada seorangpun pada hari kiamat melainkan ia akan diberi cahaya, baik orang mukmin maupun munafik, maka padamlah cahaya orang munafik, kemudian orang mikmin pun merasa khawatir cahaya mereka akan padam juga.” Terdapat di dalam riwayat Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak-nya dan ia menshahihkannya:
ليس أحد من الموحدين إلا يُعطى نوراً يوم القيامة، فأما المنافق فيطفأ نوره، والمؤمن مشفق مما رأى من إطفاء نور المنافق

 “Tidak ada satu orang pun dari orang-orang yang bertauhid melainkan ia akan diberi cahaya pada hari kiamat, adapun orang-orang munafik maka akan padam cahayanya, maka kemudian orang mukmin merasa khawatir cahaya mereka akan padam juga.” Imam As-Suyuthi di dalam kitabnya Ad-Durrul Mantsur: 14/593 menghikayatkan riwayat tersebut dari Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam pembahasan Al-Ba’tsu (hari kiamat).




[5]  Tafsir Ibnu Si’di: hal, 1036.




[6]  Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 13/229, Al-Hakim: 2/478. Ia menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, Tafsir Ibnu Abi Hatim: 10/3336, Tafsir At-Thabari: 23/179, Mu’jam Ath-Thabrani Al-Kabir: 9/357. Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah: hal, 496 dan Shahih At-Targhib: no, 3591.




[7]  Telah tetap bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam berdo’a dengan do’a tersebut pada sujudnya, sebagaimana di dalam Sunan An-Nasa’i pada Kitab At-Tathbiq bab: Do’a di dalam sujud: no. 1121, As-Sunanul Kubra karya An-Nasa’i: 1/237, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 10/221, Al-Mu’jamul Kabir karya At-Thabrani: 11/318. Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Shahih An-Nasa’i: 1/363.




[8]  HR. Bukhari di dalam Kitabut Da’awaat bab: Doa Bila Bangun Malam: no. 6316, Muslim di dalam Kitab Shalatul Musafirin Wa Qashruha dan Bab Do’a Shalat Malam: no. 763, Adabul Mufrad (lafadznya dari sini): hal. 242. Dan di shahihkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Shahih Adabul Mufrad: hal, 254.



0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

Popular Posts