Senin, 16 April 2012

SEMANGAT TINGGI DALAM MENUNTUT ILMU.


Segala puji adalah milik Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, kepada keluarganya  dan para shabatnya seluruhnya.

Berkata seorang penyair:

Wahai seseorang yang ingin menumpang sesungguhnya kendaraan ini akan berjalan dengan cepat

Sementara kita masih duduk-duduk, apasebenarnya yang sedang anda kerjakan?!

Apakah engkau akan ridho’ ditinggalkan oleh mereka

Masihkah seseorang dibuai angan-angan Sementara kebinasaan

Menghadang dirinya maka menangislah seorang yang hendak menangis

Apakah waktunya akan ia sia-siakan dengan main-main?!

Setiap manusia memiilki tujuan dan cita-cita, oleh karena itu benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu’laihi wasallam,

أَصْدَقُ الْأَسْمَاءِ الْحَارِثُ، وَهَمَّامٌ


“Sejujur-jujurnya nama adalah Harits dan Hammam (yang memilki tekad yang tinggi).” Diriwayatkan oleh Ibnu Wahb didalam Al-Majaami’ dari Abdul Wahhab bin Bukht dan diriwayatkan oleh Al-bukhari didalam Al-Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani. Yang demikian itu dikarenakan setiap manusia punya tekad dan cita-cita, namun ada diantara mereka yang cita-citanya dintara singgasana dan ada diantara mereka yang cita-citanya hanya berkisar pada tempat tidur.

Imam Ibnul Jauzi menyebutkan didalam kitab Shifatush Shafwah: 2/229: Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, “Aku banyak mendengar bapakku (imam Ahmad) mengatakan , ‘Mudah-mudahan Allah merahmati Abul Haitsam dan mengampuninya.’ Maka aku katakan, ‘siapakah itu Abul Haitsam?’ maka ia menjawab, ‘Tatkala aku keluar dihadapkan menuju algojo tukang cambuk dan aku membentangkan tanganku untuk  dicambuk tiba-tiba aku bertemu dengan anak muda yang menarik bajuku dari arah belakangku kemudian ia mengtakan, ‘Apakah engkau mengetahuiku?’ aku menjawab, ‘Tidak’. Kemudian ia mengatakan, Aku adalah Abul Haitsam Al-‘Iyaar seorang perampok yang tercatat ditempat amirul mu’minin sebagai seorang yang suka memukul dengan cemeti sebanyak 18.000 kali terhadap orang yang berbeda, sementara aku sabar untuk melakukan hal tersebut yaitu ketaatan dijalan setan, maka bersabarlah engkau diatas ketaan kepada Allah demi agama ini’.”

Dan merupakan nikmat Allah yang besar atas hambanya manakala ia diberi taufiq agar memiliki tekad yang tinggi, namaun apakah tekad yang tinggi itu?

Berkata imam Ibnul Qayyim rahimahullah, “Sesungguhnya tekad seorang hamba apabila selalu bergantung kepada Allah Ta’ala dengan jujur dan ikhlas, maka itulah tekad yang tinggi.” (Madarijus Saalikiin: 3/3)

Maka ini adalah taufiq dari Allah Azza Wa Jalla. Allah berfirman,

وَاذْكُرْ عِبادَنا إِبْراهِيمَ وَإِسْحاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصارِ  إِنَّا أَخْلَصْناهُمْ بِخالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ


“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi.Sesungguhnya kami Telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang Tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (Shad: 45-46)

Berkata Mujahid,  إِنَّا أَخْلَصْناهُمْ بِخالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ ‘Yaitu tidak  ada bagi mereka keinginan utama melainkan kehidupan akhirat’.’’

Berikut ini adalah hadits-hadita yang menjelaskan tentang tekad yang tinggi, maka pegang teguhlah baik-baik:-

  1. Dari Al-Husain bin Ali radhiyallahu’anhu ma berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ مَعَالِيَ الْأُمُورِ، وَيَكْرَهُ سَفْسَافَهَا


“Sesunggunya Allah mencintai perkara-perkara yang agung dan mulia serta membenci hal-hal yang rendah.” (HR. Ath-Thabrani dan selainnya. Dan dihasankan oleh Syaikh Al-Bani rahimahullah)

  1. Dari Kulaib radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


يُحِبُّ اللهُ لِلْعَامِلِ إِذَا عَمِلَ أَنْ يُحْسِنَ


“Sesungguhnya Allah mencintai seorang yang beramal dan ia memperbagus dalam amalannya.” (HR. Al-Baihaqi dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

  1. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ


“Ada dua nikmat yang mana manusia banyak tertipu padanya yaitu kesahatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

  1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا


“Bersegeralah dalam beramal sebelum datangnya fitnah seperti potongan malam yang hitam, pada pagi harinya seorang dalam kedaan beriman dan pada saat sore harinya seorang dalam kedaan kafir, kemudian pada sore harinya seorang dalam keadaan beriman dan pada pagi harinya ia dalam keadaan kafir ia menjual agamanya dengan materi dunia yang sedikit.” (HR. Muslim)

  1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ، فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ


“Seorang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada seorang mu’min yang lemah, namun masing-masing memilki kebaikan, bersemanagatlah kepada apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah janganlah engkau merasa lemah. Apabila menimpa padamu sesuatu hal, maka janganlah engkau mengucapkan, ‘seandainya aku melakukan hal ini niscaya akan begini dan begini’ akan tetapi ucapkanlah, ‘Sesunguhnya itu adalah kehendak Allah dan apa yang yang ia kehendaki pastilah terjadi.” (HR. Muslim)

  1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, Dahulu kami duduk disisi Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam...kemudian Nabi shallallahu’alaihi wasallam meletakkan tangannya pada Salman, kemudian beliau bersabda,


لَوْ كَانَ الإِيمَانُ بِالثُّرَيَّا لَتَنَاوَلَهُ رِجَالٌ مِنْ هَؤُلَاءِ


“Kalau seandainya keimanan ada pada bintang itu pastilah akan didapatkan oleh orang ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan didalam riwayat Muslim, “Kalau seandainya keimanan itu ada pada bintang itu pastilah akan dicari oleh seorang dari Persia ini.”

  1. Dari Sulaiman berkata, Rasullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


 

لَيْسَ شَيْءٌ خَيْرًا مِنْ أَلْفٍ مِثْلِهِ مِنَ الْإِنْسَانِ


“Tidak ada seseatu yang seribu kali lebih baik darinya dari pada manusia.” (HR. At-Thabrani dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani)

  1. Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu berkata, Rasululllah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


عِنْدَ اللهِ خَزَائِنُ الْخَيْرِ وَالشَّرِّ، مَفَاتِيحُهَا الرِّجَالُ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَهُ مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ، وَمِغْلَاقًا لِلشَّرِّ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَهُ مِفْتَاحًا لِلشَّرِّ، وَمِغْلَاقًا لِلْخَيْرِ


 “Disisi Allah lah perbendaharaan yang baik dan buruk, sedangkan kunci-kuncinya adalah manusia, maka beruntunglah bagi seorang yang Allah jadikan padanya kunci kebaikan dan penghalang keburukan dan calakalah bagi seorang yang jadikan padanya kunci keburukan dan penghalang terhadap kebaikan.”  (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Suaikh Al-Albani)

  1. Dan didalam sebauah hadits,


لِكُلِّ قَرْنٍ سَابِقٌ


“Setiap generasi ada pendahulunya.” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani)

  1. Dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


كَمَا لَا يُجْتَنَى مِنَ الشَّوْكِ الْعِنَبُ لَا يَنْزِلُ الْفُجَّارُ مَنَازِلَ الْأَبْرَارِ، وَهُمَا طَرِيقَانِ فَأَيُّهُمَا أَخَذْتُمْ أَدَّتْكُمْ إِلَيْهِ


 “Sebagaimana duri tidak akan menghasilkan anggur, demikian juga orang-orang yang jahat tidak dapat menandingi kedudukan orang-orang yang beruntung. Sedangkan keduanya adalah jalan yang ditempuh (manusia), maka mana saja diantara keduanya yang kamu ambil itulah yang engkau dapatkan.” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dan dishahihkan oleh syaikh Al-AlBani)

  1. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا، هَمَّ آخِرَتِهِ، كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ


 “Barang siapa yang menjadikan cita-citanya hanya pada satu cita-cita -yaitu akhirat- maka Allah akan mencukupkan seluruh cita-citanya, namun barang siapa yang banyak angan-angannya dari keinginan duniawi maka Allah tidak akan mempedulikan dilembah yang mana dia akan binasa.” (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

  1. Dari Anas radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


من أراد أن يعلم ماله عند الله فلينظر ما لله عنده


“Barang siapa yang ingin mengetahui kedudukannya disisi Allah, maka hendaklah ia perhatikanlah kedudukan Allah disisinya.” (HR. Ad-Daruquthni dan dihasankan oleh syaikh Al-Albani)

  1. Dari Abu Sa’id radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,


إِنَّ أَهْلَ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى يَرَاهُمْ مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْهُمْ كَمَا يُرَى الْكَوْكَبُ الدُّرِّيُّ فِي أُفُقِ السَّمَاءِ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ مِنْهُمْ وَأَنْعِمَا


“Sesunguhnya orang-orang yang berada pada derajat yang tinggi (disorga), maka orang-orang yang ada dibawah mereka akan melihat mereka seperti engkau melihat bintang-bintang yang ada di ufuk langit. Dan sesungguhnya Abu Bakr dan Umar termasuk dari mereka dan keduanya mendapatkan nikmat.”

Keduanya mendapatkan derajat yang tinggi diakhirat karena besarnya semangat dan tekad keduanya (dalam beramal).

SEMANGAT YANG TINGGI DALAM MENUNTUT ILMU SYAR’I

Hal yang paling utama adalah engkau mengarahkan tekad dan semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu syar’i. Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar didalam Muqaddimah Shahih Bukhari:-

“Amma ba’du: sesungguhnya hal yang paling utama untuk engkau curahkan semangatmu sepanjang hari adalah menyibukkan diri dengan ilmu syar’i yang bersumber dari sebaik-baik manusia. Dan seorang yang berakal tidak akan ragu bahwa sumber dari (ilmu tersebut) adalah Kitabullah yang memberikan petunjuk dan sunnah Nabi-Nya yang terpilih.”

Berkata imam Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah, “Renungkanlah sebuah keajaiban, yang mana segala hal yang berharga pastilah tidak akan didapat keculi dalam waktu yang lama dan adanya kepayahan dalam mendapatkannya. Sesengguhnya ilmu yang itu merupakan sesuatu yang paling berharga, tidak akan bisa didapat kecuali dengan suatu kepayahan, begadang malam, mengulang-ulangnya, serta meninggalkan kesenangan dan kelezatan, hiangga berkata sebagian ulama, “Selama bertahun-tahun aku menginginkan untuk makan Harisah[1] akan tetapi aku tidak mampu, karena penjualnya berjualan ketika kami sedang mengikuti pelajaran.....”

Diriwayatkan oleh imam Muslim didalam shahihnya dari Yahya bin Abi katsir berkata, “Ilmu tidak akan diperoleh dengan jasad yang berleha-leha.”

Ibnu Hisyam An-Nahwi menasehatkan para penuntut ilmu agar selalu bersabar dalam menghadapi kesulitan yang menghadang ketika menuntut ilmu dengan perkataannya,

Barang siapa yang sabar dalam menuntut ilmu dia akan sukes mendapatkannya


Sebagaimana seorang yang ingin melamar wanita cantik ia akan bersabar dalam usahanya


Barang siapa yang tidak mau menundukkan dirinya untuk mencari sesuatu yang tinggi


Maka dia akan menjalani hidup sepanjang masa diatas kehinaan


POTRET TENTANG KEGIGIHAN PARA SALAFDALAM MENUNTUT ILMU

  • Dari amirul mu’minin Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu berkata, “Dahulu aku dan tetanggaku dari Anshar –yaitu Aus bin Khauli Al-Anshari- di Bani Umayyah bin Zaid di salah satu tempat Bani Umayyah-  salah satu tempat didataran tinggi di Madinah, dan dahulu kami bergantian ketika turun (mengikuti majelis) Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, sehari dia yang turun dan satu hari aku yang turun. Apabila aku yang turu maka aku akan membawa berita kepadanya tentang wahyu yang turun padahari tersebut atau yang selainnya, apabila giliran dia yang turun maka ia melakukan hal yang sama sepertiku.”

  • Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “ Setelah sepeninggal Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam aku pernah berkata kepada kepada salah seorang dari Anshar, ‘Marilah kita belajar dari para shahabat karena mumpung jumlah mereka sekarang masih banyak’! maka orang Anshar tersebut mengatakan, ‘Alangkah anehnya kamu ini wahai Ibnu Abbas apakah kamu mengira ilmumu nanti akan dibtuhkan oleh manusia sedangkan ditengah-tengah mereka masih banyak sahabat-sahabat yang lain?’ berkata Ibnu Abbas, ‘Maka aku tinggalkan orang ini dan aku mendatangi para shahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam untuk belajar kepada mereka. Suatu ketika sampai kepadaku suatu hadits dari salah seorang diantara mereka dan aku mendatangi pintu rumahnya dalam kedaan ia sedang tidur siang, maka aku gunakan selandangku untuk duduk didepan pintu rumahnya, (aku terus menunggu) hingga aku terkena terpaan angin yang membawa debu. Maka kemudian keluarlah dia dan melihatku kemudian mengatakan, ‘Wahai anak paman Rasulullah apa yang membuat anda datang? Mengapa engkau tidak mengutus orang saja agar aku datang kepadamu?’ maka aku berkata, ‘Seharusnya akulah yang mendatangimu’, maka kemudian aku bertanya kepadanya tentang suatu hadits. Kemudian orang Anshar tadi masih hidup dan ia melihatku dalam kedaan aku dikelilingi oleh para manusia yang bertanya kepadaku tentang (permasalahan agama) kemudian ia mengatakan, ‘sungguh pemuda ini lebih pandai dari pada diriku’.” Maka tatkala dibukanya berbagai macam negeri menyebarlah keilmuan Ibnu Abbas ke berbagai belahan kota baik dinegeri Syam, Irak, maupun daerah disekitar tepian sungai Nil, Dajlah, Dan Furat. Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, “Tatkala Islam berhasil menaklukkan berbagai negeri, maka masuia pun banyak yang berbondong-bondong menuju dunia namun aku datang menuju Umar (untuk mengambil ilmu darinya).” Ibnu Abbas juga berkata, “Saya pernah menfatangi pintu Ubay bin Ka’ab (untuk bertanya tentang suatu hadits), sedangkan ia dalam kedaan tidur, maka akupun tidur didepan pintu rumahnya. Seandainya dia tahu hal tersebut pastilah ia akan membangunkanku dari tempatku karena kedudukanku dihadapan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, akan tetapi aku tidak mau mengganggu (tidurnya).”

  • Berkata Asy-Syafi’i rahimahullah, “Aku telah menghafal Al-Qur’an ketika berumur tujuh tahun dan aku menghafal kitab Al-Muwattha’ ketika berumur sepuluh tahun. Maka tatkala aku telah menyelasikan hafalan Al-Qur’an akupun masuk masjid untuk duduk dimajelis para ulama, aku mendengar suatu hadits atau suatu faedah kemudian aku pun menghafalnya. Sedangkan ibuku tidak punya uang pun untuk membeli kertas, maka tatkala aku melihat tulang yang bisa untuk ditulis padanya aku pun mengambilnya untuk aku tulis padanya. Tatkala tulisannya sudah penuh aku pun menaruh tulang tersebut pada suatu wadah kuno milik kami.” Beliau juga berkata, “Aku adalah seorang yang tidak punya, sedangkan aku mencari ilmu Syar’i semenjak masih belia, maka tatkala aku memasuki usia kurang dari tiga belas tahun aku pun pergi ke tempat perkantoran untuk meminta kertas-kertas bekas agar aku gunakan untuk menulis.”

  • Muhammad bin Salam, ia adalah syaikhnya imam Bukhari. Dikisahkan tentangnya bahwa suatu ketika ia pernah duduk di majelis imla’, yaitu majelis yang mana ada didalamnya seorang syaikh mendiktekan suatu hadits kemudian penanya yang ia gunakan untuk menulis tiba-tiba patah. Kemudian ia memerintahkan seseorang untuk mengumumkan, ‘siapakah yang mau menjual penanya seharga satu dinar’, maka orang-orangpun menawarkan pena-penanya kepadanya.

  • Berkata imam Ahmad, “Aku pernah pagi-pagi sekali mempersiapkan diri untuk belajar hadits dan ibukulah yang mempersiapkan pakaianku, hingga dikumandangkannya adzan atau pada pagi hari.” Kemudian ia berkata, “Seandainya aku memiliki 50 dirham, maka aku akan pergi (balajar) kepada Jarir bin Abdil Hamid.”

  • Berkata Abu Zur’ah, “Ahmad bin Hanbal menghafal satu juta hadits. Maka ada yang bertanya kepadanya, ‘Dari mana engkau tahu itu?’ maka ia menjawab, ‘aku bejar darinya dan mengambil hadita darinya’.”

  • Berkata Abu Thahir As-Silafi, “Saya berdomisili 60 tahun di Iskandariyah, dan saya tidak pernah melihat menaranya kecuali dari arah jendela ini.” Kemudian ia memberi isyarat kepada kamar yang ia duduk didalamnya.


Maka Ibnu Nashir mensifati Al-Hafidz Abut Thahir As-Silafi dengan perkataannya, “Ia adalah seorang yang memilki semangat yang berkobar didalam mencari ilmu.”

  • Utsman Al-Baqillaani adalah sosok yang selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala, suatu ketika ia berkata, “ketika saya sedang berbuka puasa, maka ruhku seolah-olah keluar dari jasadku karena aku tersibukkan untuk makan dari berdzikir kepada Allah Ta’ala.”

  • Berkata ‘Ammar bin Rajaa’, aku mendengar Ubaid bin Ya’isy berkata, “Aku bermukim selama tiga puluh tahun, namun aku tidak pernah sekalipun makan dengan tanganku pada saat malam hari. Saudarikulah yang menyuapiku sedangkan saya tetap menulis hadist.”

  • Berkata Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, “Tatkala aku baru memulai mencari ilmu maka aku berkata, ‘Wahai Rabku sesungguhnya aku butuh penghidupan’. Maka tatkala aku sudah mempelajari ilmu syar’i tersebut dan aku meluangkan waktuku untuknya, maka berketa setelahnya, ‘Allah-lah yang akan mencukupi permintaanku’.” Beliau bertekad untuk mencari ilmu dan ibunyalah yang mencukupi kebutuhannya. Ibunya berkata kepadanya, ‘Wahai anakku! Tuntutlah ilmu dan akulah yang akan mencukupi kebutuhanmu’. Sufyan Ats-Tsauri juga mengatakan, “Seyogyanya setiap orang tua menekankan anaknya untuk mempelajari hadits, karena itu adalah merupakan tanggung jawabnya.”  Ia juga berkata, “Senantiasa kali selalu menuntut ilmu selama masih ada yang mengajarkannya kepada kami.”

  • Abdurrah bin Abi Hatim pernah ditanya tentang kenapa ia banyak meriwayatkan hadits dari bapaknya (imam Abu Hatim) dan banyak mendapat maklumat dari dirinya? Maka ia menjawab, ‘Terkadang ia (ayahku) sedang makan dan aku pun membacakan hadits dihadapannya, terkadang ia dalam keadaan berjalan dan aku membacakan hadits dihadapannya, aku bacakan hadits sedangkan dia sedang berada di tempat buang hajat, dan aku membacakan hadits sedangkan ia sedang masuk kedalam rumah untuk suatu keperluan.”

  • Berkata Abdurrahman bin Abi Hatim tentang dirinya, “Dahulu kami pernah tinggal di Mesir selama 7 bulan tanpa pernah merasakan kuah (daging) sekalipun, dikarenakan pada malam hari kami belajar dihadapan para syaikh kami, sedangkan dimalam hari kami menyalin dan mengulang kembali pelajaran kami. Pada suatu hari aku bersama temanku mendatangi seorang syaikh, namun orang-orang mengatakan, ‘Ia sedang sakit’, kemudian aku melihat seekor ikan yang manakjubkan kami maka kami pun membelinya. Tatkala kami telah tiba ditempat kami tibalah waktu pelajaran dari syaikh berikutnya (yang akan mengajar) maka kami pun berangkat untuk belajar. Setelah tiga hari berikutnya ikannya masih ada dan hampir-hampir akan membusuk, maka kami pun memakannya mentah-mentah dan kami tidak sempat untuk memasaknya’, kemudian berkata imam Abdurrahman bin Abi Hatim mengatakan, “Sesungguhnya ilmu tidak dapat diraih dengan badan yang santai.”

  • Berkata As-Sakhawi tentang syaikhnya Ibnu Hajar rahimahullah:- “Momen yang paling berkesan tentang dirinya adalah ketika ia sedang melakukan perjalanan ke Syam, maka ia telah membaca kitab Mu’jam Ath-Thabrani Ash-Shaghir dalam satu majelis sekitar seribu limaratus hadits.”

  • Berkata Sa’id bin Musayyib , “Aku pernah berjalan sepanjang siang dan malam hanya untuk mencari satu hadits.”

  • Berkata Abul ‘Aliyah Rafi’bin Mihran Ar-Riyahi, “Adahulu kami pernah mendengar riwayat hadits dari shabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang ketika itu kami berada di Bashrah, maka kami tidak mau hanya sekedar mendengarnya saja sampai kami menempuh perjalan ke Madinah agar kami (mendengar) hadits tersebut langsung dari mimik-mimik mereka.”

  • Berkata Al-Hafidz Ibnu Katsir ketika menjelaskan biografi imam Bukhari rahimahullah, “Ia telah melakukan perjalan untuk (mencari hadits) dari berbagai macam syaikh diberbagai negeri yang ia singgahi. Dan ia menulis (hadits) lebih dari seribu syaikh. Berkata Al-Gharbari, “Ada sekitar tujuh puluh ribu orang bersamaku mendengar (hadits) shahih dari Al-Bukhari , namun kemudian tidak tersisa seorang pun melainkan hanya aku semata.”

  • Berkata Bakr bin Hamdan, “Aku mendengar Ibnu Kharasy berkata: ‘Aku sampai meminum air kencingku karena mencari (hadist) selama lima kali’.”


Hal itu terjadi karena ia memalui padang pasir dan lembah-lembah kemudian ia ditimpa kehausan yang amat sangat di perjalanannya.

  • Berkata Ibnul Jauzi, “Sungguh dahulu aku merasakan kenikmatan dalam menuntut ilmu, yang mana bagiku itu lebih manis dari pada madu karena (kemuliaan) apa yang aku cari dan aku harapkan.”

  • Berkata An-Nawawi ketika mengkisahkan tentang awal periodenya dalam mencari ilmu, “Aku tinggal selama dua tahun dan aku belum pernah sekalipun meletakkan lambungku ke tanah.”

  • Inilah Ibnu Katsir tatkala ia menulis kitab Jami’ul Masanid beliau benar-benar mencurahkan jiwa raganya dengan gigih, hingga ia mengalami kepayahan yang luar biasa. Hingga jadilah karya tulis yang tiada duanya di bidangnya ia berhasil menyelasaikannya kecuali sebagian kecil hadits-hadits musnad dari Abu Hurairah, beliau wafat sebelum menyelesaikan karya tulisnya tersebut walaupun harus ditebus dengan kehilangan penglihatan (buta). Ia (Ibnu Katsir) berkata kepada Adz-Dzahaby, “Senantiasa aku menulisnya walaupun sampai malam hari, sedangkan lentera yang digunakan redup cahayanya hingga hilanglah penglihatanku. Mudah-mudahan Allah menggatikannya dengan seseorang yang akan menyempurnakan (tulisan ini).

  • Berkata As-Sam’ani tentang Ibnu Fathimah, “Ia adalah seorang yang banyak haditsnya, bagus tingkah lakunya, teman bermajelis yang baik, aku belum pernah melihat seorang yang lebih dermawan dalam pemberian darinya, aku banyak mendengar (hadits) darinya dan ia menuliskannya kepaku beberapa bagian. Dan merupakan sesuatu yang ajaib padanya, bahwa tangannya terputus ketika ia berada di Kirman karena sebuah penyakit, maka suatu ketika ia mengambil pena dan meletakkan kertas dibawahnya kemudian ia menyentuh pena itu dengan kedua telapak tangannya, ia menulis dengan tulisan kaligrafi yang bagus lagi cepat, setiap hari ia menulis sebanyak lima lembar tulisan kaligrafi besar.

  • Dikisahkan bahwa orang-orang menyebutkan dihadapan Asy-Sya’bi tentang hadits yang belum pernah ia dengar, maka kemudian ia mengatakan, “Duhai alangkah menyedihkan” kemudian ia berkata, “Dahulu aku pernah mengingat-ingat haidits hingga aku jatuh sakit.”

  • Dikatakan kepada Asy-Sya’bi, dari manakah semua ilmu yang engkau dapatkan? Maka ia menjawab, “Dengan tidak bersantai ria, menempuh perjalanan ke berbagai negeri, bersabar seperti sabarnya keledai, dan bersegera seperti bersegeranya burung gagak.”


Sebagai nasehat terakhir: Ketahuilah wahai seorang yang ingin menempuh jalan ini, ketahuilah bahwa taufiq itu hanyalah milik Allah kepada-Nya-lah kita menyembah dan kita memohon pertolongan, maka barang siapa tidak diberikan oleh Allah cahaya atasnya dia tidak akan mendapatkan cahaya. Pintu kemuliaan senantiasa terbuka bagi siapa saja saja yang menginginkannya.

Apabila engkau merasa takjub dengan perangai seseorang

Maka jadilah engkau seperti dia maka engkau akan mendapati apa yang engkau idam-idamkan darinya.

Tidaklah seorang yang memiliki kemuliaan

Apabila engkau mendatanginya malainkan ada rintangan yang menghalangimu .

Hanya kepada Allah semata Kami memohon kepada Allah agar ditinggikan tekad kami, mengampuni kami, memberikan petunjuk kepada kami, dan menjadikan kami sebagai orang-orang yang memberikan petunjuk, maka hanya Allah-lah yang maha mampu atas segala sesuatu, Dia-lah pencukup kami dan sebaik-baik pemberi pertolongan.

Washallallahu wasallama  ‘ala nabiyyina Muhammad wa’ala alihi washahbihi wasallam

 

 








[1] Makanan yang terbuat dari biji gandum yang ditumbuk


0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

Popular Posts