Jumat, 19 Juli 2013


“Barang siapa yang tidak menjauhi ucapan yang tidak bermanfaat atau perbuatan yang tidak bermanfaat, maka Allah sekali-kali tidak butuh dengan amalan (puasanya) meninggalkan makan dan minum.”

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

  “Barang siapa yang tidak menjauhi ucapan yang tidak bermanfaat atau perbuatan yang tidak bermanfaat, maka Allah sekali-kali tidak butuh dengan amalan (puasanya) meninggalkan makan dan minum.”[1]

Diantara hikmah pensyari’atan puasa adalah untuk melatih dan mendidik jiwa, lesan dan anggota badan seseorang agar berada diatas takwa dan akhlak yang mulia. Oleh karena itu sucinya hati akan berdampak positif pada suci lisan dari perkataan yang menimbulkan dosa, demikian juga akan bersambung setelah dengan kebaikan nagota badan.

Oleh karena itu sibukkanlah diri kita dengan amalan-amalan yang positif di bulan Ramadhan ini baik berupa: puasa Ramadhan, tilawah Al-Qur’an, qiyamullail,dzikir, dll. Diwaktu yang sama juga kita jauhkan diri kita dari amalan-amalan dan ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat bahkan mendatangkan dosa misal: dusta, bersumpah palsu, ghibah, namimah (mengadu domba), mencela, menghinakan kehormatan muslim yang lain, dst.

Perlu untuk kita ketahui baik-baik bahwa lidah adalah aktor utama terjerumusnya seseorang kedalam kebinasaan, dijauhkan dari surga, dan terjerumus kedalam neraka; juga beberapa dosa-dosa lainnya yang membinasakan seperti: bersumpah palsudan perbuatan yang mengantarkan kepadanya, ghibah, namimah, mencela, dan berbuat kefasikan, yang mana perbuatan tersebut haruslah dijauhi tatkala seseorang sedang berpuasa Ramadhan.

Sesungguhnya petaka yang ditimbulakan dari lisan amatlah parah dan berbahaya. Nabi shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu,
أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا نَبِيَّ اللَّهِ ، فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ : كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا ، فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ ؟ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

  “Maukah aku kabarkan kepadamu tentang pokok dari itu semua?” Maka Mu’adz menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Maka beliau bersabda, “Jagalah olehmu benda ini (lisan).” Maka aku (Muadz) berkata, “Wahai Nabiyullah, apakah kita akan mendapatkan siksa akibat dari apa yang kami ucapkan?” maka beliau bersabda, Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menyayangi ibumu, wahai Mu’adz! bukanlah manusia terjungkir di neraka di atas wajah mereka -atau beliau bersabda: di atas hidung mereka- melainkan dengan sebab lisan mereka.”[2]

Berkata imam Ibnu Rajab rahimahullah,
والمراد بحصائد الألسنة: جزاء الكلام المحرم وعقوباته ، فإن الإنسان يزرع بقوله وعمله الحسنات والسيئات ثم يحصد يوم القيامة ما زرع، فمن زرع خيراً من قولٍ أو عمل حصد الكرامة، ومن زرع شراً من قولٍ أو عملٍ حصد غداً الندامة ، وظاهر حديث معاذ يدلُّ على أن أكثر ما يدخل به الناس النار النطقُ بألسنتهم ، فإن معصية النطق يدخل فيها الشركُ وهو أعظم الذنوب عند الله عز وجل ، ويدخل فيها القول على الله بغير علم وهو قرين الشرك ، ويدخل فيه شهادة الزور التي عدَلت الإشراك بالله عز وجل  ، ويدخل فيها السحر والقذف، وغير ذلك من الكبائر والصغائر كالكذب والغيبة والنميمة وسائر المعاصي الفعلية لا يخلو غالباً من قول يقترن بها يكون معيناً عليها

  “Yang dimaksud dengan ulah lisan pada hadits ini adalah: akibat dari ucapan haram yang diucapkan oleh seseorang, sesungguhnya seorang (di dunia ini) ibarat bercocok tanam dengan amalan dan perkataan yang baik atau dengan kejelekan kemudian ia akan memanennya di akherat. Barang siapa menanam kebaikan baik berupa ucapan atau perbuatan dia akan memanen kebaikan tersebut, namun barang siapa menanam keburukan baik berupa ucapan atau perbuatan maka ia kelak akan memanen penyesalan. Dari dzahir hadits Mu’adz ini ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan perkara yang memasukkan seseorang kedalam neraka adalah akibat ucapan lisannya. Diantara bentuk maksiat yang terdapat dalam ucapan lisan antara lain: kesyirikan, masuk juga di dalamnya bersaksi dengan persaksian palsu yang disebutkan beriringan setelah syirik, sihir, menuduh tanpa bukti dan selainnya baik dari dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil seperti: dusta, ghibah, namimah, dan seluruh perbuatan maksiat yang mana kebnayakan sumbernya berasal dari lesan.”[3]

Adapun persaksian palsu atau perkataan dusta, maka Allah sebutkan penyebutannya setelah dosa syirik. Allah berfirman,
{فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ} [الحج:30]

   “Dan jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.”(Al-Hajj: 30)

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَدَلَتْ شَهَادَةُ الزُّورِ إِشْرَاكًا بِاللَّهِ ثَلَاثًا ثُمَّ قَرَأَ : {فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ}


   “Wahai para manusia, kesaksian palsu itu sebanding dengan syirik kepada Allah kemudian beliau membaca firman Allah,   “Dan jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.”[4]



Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

Inginkah kalian kuberitahukan mengenai dosa besar yang paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab, “Mau, wahai Rasulullah”. Maka beliau bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orangtua”. Lalu beliau duduk padahal sebelumnya dalam keadaan bersandar, kemudian melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta.” Dia (Abu Bakrah) berkata, “Beliau terus saja mengatakannya berulang-ulang hingga kami mengatakan, “Sekiranya beliau diam”.[5]

  Adapun larangan ghibah terdapat di dalam firman Allah Ta’ala,
{وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ }[الحجرات: 12]

  “Dan janganlah diantara kamu saling menggunjing sebagian lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.” (Al-Hujurat: 12)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
اتدرون ما الغيبه؟ قالوا: الله ورسوله أعلم .قال:الْغِيبَة ذِكْرك أَخَاك بِمَا يَكْرَه قِيلَ : أَفَرَأَيْت إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُول ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُول فَقَدْ اِغْتَبْته ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتّه

“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian beliau shallahu’alaihi wasallam bersabda, “Engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan tersebut nyata-nyata apa pada saudaraku?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Jika memang apa yang engkau ceritakan tersebut ada pada dirinya itulah yang namanya ghibah, namun jika tidak berarti engkau telah berdusta atas namanya.”[6]

Adapun tentang larangan mengadu domba, maka Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman,
وَ لَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيْنٍ هَمَّازٍ مَّشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah (namimah).” (Al-Qolam: 10-11)

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ

  “Tidak akan masuk surga seorang yang suka mengadu domba.”[7]

Demikian juga dusta adalah pokok utama yang akan mengantarkan seseorang menuju perbuatan-perbuata dosa dan nista. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ

  sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada Neraka.”[8]

Allah Ta’ala juga berfirman menhelaskan tentang perintah untuk berucap dengan kejujuran,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ } [التوبة: 119]

 “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah kalian termasuk orang-orang yang jujur.” (At-Taubah: 119)

Intinya di sini, wajib atas lisan untuk berpuasa dari segala macam kejelekan-kejelekan di atas, hal itu dalam rangka menyempurnakan keimannya, agar terjaga agamanya, dan agar seorang di masukkan kedalam surga dan dijauhkan dari api neraka. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

  “Seorang muslim itu adalah seorang yang mampu memberikan keselamatan kepada kaum muslimin yang lainnya dari (ulah) lisan dan tangannya.”[9]

Beliau bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

  “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.”[10]

Beliau bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّة

  “Barang siapa bisa menjamin untukku (dalam menjaga) antara apa yang ada diantara kedua jenggotnya dan kedua kakinya, maka aku akan jamin baginya masuk surga.”[11]

Yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah lisan dan kemaluan.

Rasulullah juga bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

  “Sungguh seorang hamba berucap dengan suatu ucapan yang amat jelas dalam mengucapkannya hal itu bisa menyebabkannya terjerumus kedalam neraka yang jaraknya lebih jauh dari pada arah barat dan timur.”[12]

Hati-hatilah kita jangan sampai kita tergolong orang-orang yang bangkrut pada hari kiamat akibat kita tidak memperhatikan ucapan yang keluar dari lisan kita.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ؟ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ , فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا ؛ فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?” Maka mereka (para sahabat ) menjawab : “orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan : “orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain ( dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka.”[13]
*****










[1]  HR. Bukhari: no. 1903.




[2]  HR. Tirmidzi: no, 2616. Dan beliau berkata: hadits hasan shahih.




[3]  Jami’ Ulum Wal Hikam: hal. 147.




[4]  HR. Ahmad: no. 16943 dan At-Tirmidzi: no. 2299. Hadits ini di dho’ifkan oleh syaikh Al-Albani di dalam Dho’iful Jami’: no. 6387.




[5]  HR. Al-Bukhari no. 78 dan Muslim no. 5975.




[6]  HR Muslim 2589 Bab: Al-Bir Wash Shilah Wal Adab.




[7]   HR. Bukhari: no. 6056 dan Muslim: no. 105.




[8]  HR. Bukhari: no. 6094 dan Muslim: no. 2607.




[9]  HR. Bukhari: no. 10 dan Muslim: no. 41.




[10]  HR. Bukhari: no. 6018 dan Muslim: no. 47.




[11]  HR. Bukhari: no. 6474.




[12]  HR. Bukhari: no. 6477 dan Muslim: no. 2988.




[13]  HR. Muslim: no. 2581.



0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

Popular Posts