ุนَْู ุฃَุจِْู ุฐَุฑٍّ ุฌُْูุฏُุจِ ุจِู ุฌَُูุงุฏَุฉَ َูุฃَุจِู ุนَุจْุฏِ ุงูุฑَّุญْู َِู ู ُุนَุงุฐِ ุจِِู ุฌَุจٍَู ุฑَุถَِู ุงُููู ุนَُْููู َุง ุนَْู ุฑَุณُِูู ุงِููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู َูุงَู: (ุงุชَِّู ุงَููู ุญَْูุซُู َุง ُْููุชَ، َูุฃَุชْุจِุนِ ุงูุณَِّّูุฆَุฉَ ุงูุญَุณََูุฉَ ุชَู ْุญَُูุง، َูุฎَุงِِูู ุงَّููุงุณَ ุจِุฎٍُُูู ุญَุณٍَู) ุฑูุงู ุงูุชุฑู ุฐู ููุงู: ุญุฏูุซ ุญุณู. ููู ุจุนุถ ุงููุณุฎ: ุญุณٌู ุตุญูุญ.
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Bertaqwa-lah kepada Allah di mana saja engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskannya, dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”
Diriwayatkan oleh At Tirmidzi, dan dia berkata: hadits hasan. Pada sebagian naskah: hasan shahih.
Takhrij Hadits:
- Imam At Tirmidzi dalam Sunannya No. 1987, dari Abu Dzar dan Muadz bin Jabal
- Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 21354, 21403, dari Abu Dzar, dan No. 21988, dari Muadz bin Jabal. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan.
- Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 8023, dari Muadz bin Jabal, dan No. 8026, dari Abu Dzar
- Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 1913, dari Abu Dzar, dan No. 5246, dari Muadz bin Jabal
- Imam Ad Darimi dalam Sunannya No, 2791, dari Abu dzar
- Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak ‘Ala Ash Shahihain No. 187, katanya: shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Penshahihan Ini disepakati oleh Imam Adz Dzahabi
- Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 296, 287, dari Muadz bin Jabal. Juga dalam Al Mu’jam Ash Shaghir No. 530, dari Muadz bin Jabal
- Imam Al Bazzar dalam Musnadnya No. 4022, dari Abu Dzar
- Imam Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, 4/378
- Imam Ibnu ‘Asakir (61/314), dari Anas bin Malik
Syaikh Al Albani juga menghasankan dalam beberapa kitabnya, baik yang riwayat Abu Dzar, Muadz, dan Anas. (Shahihul Jami’ No. 97, Misykah Al Mashabih No. 5083, Shahih At Targhib wat Tarhib No. 2655, 3160)
Kandungan Hadits Secara Global
Hadits ini memuat banyak pelajaran bagi pembentukan keshalihan pribadi dan masyarakat, di antaranya:
- Perintah untuk tetap dalam keadaan taqwa kepada Allah Ta’ala di mana pun dan kapan pun. Perintah taqwa sangat banyak tersebar dalam Al Quran dan As Sunnah, baik perintah taqwa secara umum atau perintah taqwa dikaitkan dengan suatu hal secara khusus. Baik dengan bentuk kata ittaquullah (bertaqwal-lah kalian kepada Allah) atau ittaqillah (bertaqwa-lah kamu kepada Allah).
- Melakukan kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang alamiah terjadi pada diri manusia. Tidak ada manusia yang selalu buruk, jelek, dan jahat, sebagaimana syetan. Dan, tidak ada manusia yang selalu rajin ibadah, benar, baik, dan taat, sebagaimana malaikat. Justru karena ada kedua hal itu letak manusiawinya manusia. Oleh karena itu, sangat berlebihan dan naรฏf jika ada manusia yang menuntut orang lain untuk selalu benar dan tidak boleh salah sama sekali, karena itu adalah pembebanan yang manusia mana pun tidak akan mampu.
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ُُّูู ุงุจِْู ุขุฏَู َ ุฎَุทَّุงุกٌ َูุฎَْูุฑُ ุงْูุฎَุทَّุงุฆَِูู ุงูุชََّّูุงุจَُูู
Setiap anak Adam memiliki kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah yang bertobat. (HR. At Tirmidzi No. 2499, Ibnu Majah No. 4251, Ahmad No. 13049. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 4515. Imam Al Munawi dan Imam Al Hakim mengatakan: shahih, sedangkan Imam Adz Dzahabi mngatakan: fiihi layyin - ada kelemahan. Lihat Tuhfah Al Ahwadzi, 7/202)
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga senantiasa memohon ampunan (istighfar) dan bertobat kepada Allah Ta’ala antara 70 sampai 100 kali dalam sehari.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
َูุงَِّููู ุฅِِّูู َูุฃَุณْุชَุบِْูุฑُ ุงََّููู َูุฃَุชُูุจُ ุฅَِِْููู ِูู ุงَْْูููู ِ ุฃَْูุซَุฑَ ู ِْู ุณَุจْุนَِูู ู َุฑَّุฉً
Demi Allah, sungguh saya beristighfar kepada Allah dan bertobat kepadaNya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari No. 6307, At Tirmidzi No. 3259, Ahmad No. 7793, Ibnu Hibban No. 925, Ad Dailami No. 7024, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 639)
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beristighfar dan bertobat kepada Allah Ta’ala sebanyak 100 kali dalam sehari. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 621, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 10268, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 1286, Ahmad No. 9807, dll)
- Perintah untuk mengiringi perbuatan jelek yang mengandung dosa dengan perbuatan baik yang mengandung pahala. Hal itu bertujuan agar perbuatan baik dapat menghapus perbuatan jelek.
Hal ini sesuai dengan ayat:
ุฅَِّู ุงْูุญَุณََูุงุชِ ُูุฐِْูุจَْู ุงูุณَِّّูุฆَุงุชِ
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan dapat menghapuskan keburukan-keburukan. (QS. Huud (11): 114)
Yaitu menghapuskan dosa dan bekas dari kejelekan tersebut. Tersebut dalam Tafsir Al Muyassar:
ุฅَّู ِูุนَْู ุงูุฎูุฑุงุช ِّูููุฑ ุงูุฐููุจ ุงูุณุงููุฉ ููู ุญู ุขุซุงุฑูุง
Sesungguhnya melakukan kebaikan-kebaikan dapat menghilangkan dosa-dosa terdahulu dan menghapuskan bekas-bekasnya. (Tafsir Al Muyassar, 4/91)
Kebaikan yang dimaksud adalah banyak macamnya seperti shalat yang lima waktu, dzikir, shaum, sedekah, shalat tathawwu’, dan sebagainya. Ada pun dosa yang terhapus adalah bukan yang termasuk Al Kabaa-ir (dosa-dosa besar). Sebab dosa besar hanya bisa dihilangkan dengan tobat nasuha kepada Allah Ta’ala. (Insya Allah akan dibahas pada bagiannya nanti)
- Perintah untuk bergaul dengan manusia secara umum dengan akhlak yang baik. Baik itu dengan muslim atau non muslim. Baik dengan ahli maksiat atau ahli taat, dengan cara yang tidak sama sesuai kadar maksiat mereka. Untuk bergaul dengan ahli bid’ah dan para pembawa ajaran sesat, ada fiqih tersendiri dalam berinteraksi dengan mereka.
Paduan antara taqwa kepada Allah Ta’ala dan akhlak yang baik, adalah penyebab terbanyak manusia dimasukkan ke dalam surga.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
ุณُุฆَِู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ ุนَْู ุฃَْูุซَุฑِ ู َุง ُูุฏْุฎُِู ุงَّููุงุณَ ุงْูุฌََّูุฉَ ََููุงَู ุชََْููู ุงَِّููู َูุญُุณُْู ุงْูุฎُُِูู َูุณُุฆَِู ุนَْู ุฃَْูุซَุฑِ ู َุง ُูุฏْุฎُِู ุงَّููุงุณَ ุงَّููุงุฑَ ََููุงَู ุงَْููู ُ َูุงَْููุฑْุฌُ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke dalam surga, beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Beliau juga ditanya tentang penyebab terbanyak manusia dimasukkan ke dalam neraka, beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan.” (HR. At Tirmidzi No. 2004, katanya: shahih. Ibnu Hibban No. 4246, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 7919, katanya: shahih. Imam Adz Dzahabi juga menshahihkannya dalam At Talkhish)
Makna Kata dan Kalimat
ุนَْู ุฃَุจِْู ุฐَุฑٍّ ุฌُْูุฏُุจِ ุจِู ุฌَُูุงุฏَุฉَ : dari Abu Dzar Jundub bin Junadah
Beliau adalah Jundub bin Junadah bin Sufyan bin ‘Ubaid bin Haram bin Ghifar bin Malil bin Dhamrah bin Bakr bin ‘Abdu Manat bin bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Al Ilyas bin Mudhar. (Usadul Ghabah, Hal. 190)
Para ahli telah berbeda pendapat tentang nama asli Abu Dzar dengan perbedaan yang banyak. Imam Ibnul Atsir Rahimahullah mengatakan:
ุฃุจู ุฐุฑ ุงูุบูุงุฑู. ุงุฎุชูู ูู ุงุณู ู ุงุฎุชูุงูุงً ูุซูุฑุงً، ูููู: ุฌูุฏَุจ ุจู ุฌูุงุฏุฉ، ููู ุฃَูุซุฑ ูุฃَุตุญ ู ุง ููู ููู. ูููู: ุจุฑูุฑ ุจู ุนุจุฏ ุงููู، ูุจُุฑَูุฑ ุจู ุฌูุงุฏุฉ، ูุจุฑูุฑุฉ ุจู ุนِุดุฑِูุฉ، ูููู: ุฌูุฏَุจ ุจู ุนุจุฏ ุงููู، ูููู: ุฌูุฏุจ ุจู ุณَูู. ูุงูู ุดููุฑ ุฌُูุฏَุจ ุจู ุฌูุงุฏุฉ ุจู ููุณ ุจู ุนู ุฑู ุจู ู ููู ุจู ุตَุนَูุฑ ุจู ุญَุฑَุงู ِ ุจู ุบَِูุงุฑ. ูููู: ุฌูุฏَุจ ุจู ุฌูุงุฏุฉ ุจู ุณููุงู ุงุจู ุนุจูุฏ ุจู ุญَุฑَุงู ุจู ุบูุงุฑ ุจู ู ููู ุจู ุถَู ุฑุฉ ุจู ุจูุฑ ุจู ุนุจุฏ ู ูุงุฉ ุจู ููุงูุฉ ุจู ุฎุฒูู ุฉ ุจู ู ุฏุฑَِูุฉَ ุงูุบูุงุฑู. ูุฃู ู ุฑู ูุฉ ุจูุช ุงููููุนุฉ. ู ู ุจูู ุบَِูุงุฑ ุฃَูุถุงً
Abu Dzar Al Ghifari. Banyak perbedaan pendapat tentang namanya. Ada yang mengatakan: Jundub bin Junadah, itulah yang paling banyak dan paling benar dalam hal ini. Ada yang mengatakan: Barir bin Abdullah, Burair bin Junadah, Barirah bin ‘Isyriqah. Ada juga yang mengatakan: Jundab bin Abdullah. Dikatakan pula: Jundub bin Sakan. Yang terkenal adalah Jundab bin Junadah bin Qais bin ‘Amru bin Malil bin Sha’air bin Haram bin Ghifar. Ada yang mengatakan: Jundab bin Junadah bin Sufyan bin ‘ubaid bin Haram bin Ghifar bin Malil bin Dhamrah bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah Al Ghifari. Ibunya adalah Ramlah binti Al Waqi’ah, juga dari Bani Ghifar. (Ibid, Hal. 1169) Ada pula yang menyebutnya Yazid bin Junadah.
Beliau adalah seorang yang tinggi dan besar, jenggotrnya lebat.
Di antara keutamaan Abu Dzar adalah beliau termasuk generasi awal Islam, ada yang menyebutnya sebagai orang keempat, ada juga yang menyebut orang kelima yang masuk Islam. Tentang kisah keislaman Beliau, Imam Al Bukhari telah menceritakannya dalam riwayat yang sangat panjang dalam Shahih Al Bukhari, pada Kitab Al Manaqib Bab Islamu Abi Dzar Al Ghifari Radhiallahu ’Anhu No hadits. 3861. Juga Imam Muslim dalam Shahihnya, pada Kitab Fadhail Ash Shahabah Bab Min Fadhail Abi Dzar Radhiallahu ‘Anhu No hadits. 2473, 2474.
Ketika beliau masuk Islam, Beliau langsung kembali ke kaumnya untuk mendakwahi mereka seperti yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perintahkan. Beliau ikut hijrah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengiringinya, dan berjihad bersamanya di Badar, Uhud, dan Khandaq. Namun menurut Abu Daud dia tertinggal saat perang Badar.
Imam Adz Dzahabi menceritakan bahwa Abu Dzar seorang pemimpinnya para zahid (orang yang zuhud), jujur, berilmu dan mengamalkan ilmunya, tidak takut celaan orang yang mencelanya dalam menjalankan ajaran Allah Ta’ala, dan ikut menyaksikan penaklukan Baitul Maqdis pada zaman Umar.
Ali Radhiallahu ‘Anhu mengatakan:
ูุนู ุฃَุจู ุฐุฑ ุนูู ุงً ุนุฌุฒ ุงููุงุณ ุนูู، ุซู ุฃَููู ุนููู ููู ูุฎุฑِุฌ ู ูู ุดูุฆุงً
Abu Dzar telah mengumpulkan ilmu yang membuat manusia merasa lemah darinya, kemudian dia mengikatnya lalu dia tidak melepaskannya sedikit pun. (Ibid, Hal. 1170)
Diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
ุฃَุจُู ุฐَุฑٍّ َูู ْุดِู ِูู ุงْูุฃَุฑْุถِ ุจِุฒُْูุฏِ ุนِูุณَู ุงุจِْู ู َุฑَْูู َ ุนََِْููู ุงูุณََّูุงู
Abu Dzar berjalan di muka bumi dengan kezuhudan Isa bin Maryam ‘Alaihissalam. (Sunan At Tirmidzi No. 3802, Usadul Ghabah, Hal. 190, Jami’ Al Ushul No. 6593)
Yahya bin Aktsam bermimpin dalam tidurnya, bahwa Abu Dzar telah diampuni Allah Ta’ala dan dimasukkan ke dalam surga.
Dia wafat tahun 32 H. As Siraj mengatakan dalam Tarikh-nya, bahwa Abu Dzar wafat setelah usai menunaikan haji, pada hari Jumat, di Ar Rabdzah. Keponakannya menceritakan bahwa saat itu usiannya 83 tahun. Ibnu Mas’ud termasuk yang menyolatkannya.
Tentang wafatnya Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengisyaratkan bahwa akan ada seorang di antara sahabat yang wafat sendirian di padang pasir, yang mayatnya akan ditemukan oleh rombongan orang beriman yang lewat. Ternyata Beliau wafat seorang diri di padang pasir, dan ditemukan oleh rombongan Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu. Sehingga Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu menangis melihat kondisi sulit yang dihadapi Abu Dzar, baik hidup dan wafatnya. Ia teringat dengan ucapan Nabi ketika perang Tabuk tentang Abu Dzar:
ูุฑุญู ุงููู ุฃุจุง ุฐุฑ، ูู ุดู ูุญุฏู ููู ูุช ูุญุฏู ููุญุดุฑ ูุญุฏู
Semoga Allah merahmati Abu Dzar, dia berjalan seorang diri, dia akan mati seorang diri, dan dibangkitkan juga seorang diri.
Semoga Allah Ta’ala merahmati Abu Dzar dan memasukannya ke dalam surga firdaus yang tinggi dan mulia. Amiin.
(Selengkapnya lihat Imam An Nawawi, Tahdzibul Asma, 1/810. Imam Ibnul Atsir, Usadul Ghabah, hal. 190-191, dan hal. 1169-1170. Imam Adz Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala, 2/46-78)
Selanjutnya:
َูุฃَุจِู ุนَุจْุฏِ ุงูุฑَّุญْู َِู ู ُุนَุงุฐِ ุจِِู ุฌَุจٍَู : dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal
Beliau adalah Muadz bin Jabal bin Amru bin Aus bin ‘Aaidz bin ‘Adiy bin Ka’ab bin Amru bin Adi bin Sa’ad bin Ali bin Saaridah bin Asad bin Tazid bin Jusyum bin Al Khazraj Al Anshari.
Sebagian ulama menyebutnya sebagai orang Bani Salamah. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa dia disandarkan kepada Bani Salamah karena Ibunya bersaudara dengan Sahl bin Muhammad bin Al Jad bin Al Qais. Sahl dan ibunya adalah dari Bani Salamah. Dia paling banyak menghancurkan berhala Bani Salamah. Sementara Al Kalbi mengatakan bahwa Muadz adalah Bani Adi sebagaimana terlihat dari namanya.
Dia digelari Abu Abdirrahman. Dia termasuk 70 orang yang ikut Bai’at ‘Aqabah dari kalangan Anshar. Beliau juga ikut perang Badar pada usia 21 tahun, juga Uhud, dan Khandaq, semuanya dilakukannya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dia masuk Islam saat usianya 18 tahun. Setelah perang tabuk, beliau diutus oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke Yaman sebagai Qadhi dan pemimpin kaum muslimin di sana. Beliau di sana hingga wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu kembali ke Madinah pada masa Khalifah Abu Bakar.
Al Waqidi dan lainnya menyebutkan bahwa Muadz bin Jabal, berperawakan tinggi, rambutnya bagus, matanya lebar, dan giginya putih bersinar, dan belum punya anak. Dia adalah termasuk laki-laki yang paling tampan (min ajmalir rijaal). Ka’ab bin Malik mengatakan, bahwa Muadz adalah pemuda yang tampan dan dermawan.
Namun Abu Umar mengatakan , bahwa telah disebutkan tentang Muadz, Beliau memiliki anak bernama Abdurrahman yang ikut berperang bersamanya di Yarmuk. Dan, tidak ada perselisihan pendapat bahwa beliau diberikan nama kun-yah (gelar) dengan sebutan Abu Abdirrahman. Di Madinah, beliau dipersaudarakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan Ja’far bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu. Beliau meriwayatkan 157 hadit dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Muadz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu, memiliki banyak keutamaan, baik yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat lainnya.
Di antaranya, dari Abdullah bin Amru Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ุฎุฐูุง ุงููุฑุขู ู ู ุฃุฑุจุนุฉ : ู ู ุงุจู ู ุณุนูุฏ ูุฃุจู ุจู ูุนุจ ูู ุนุงุฐ ุจู ุฌุจู ูุณุงูู ู ููู ุฃุจู ุญุฐููุฉ
Ambil-lah Al Quran dari empat orang: dari Ibnu Mas’ud, Ubai bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, dan Salim pelayan Abu Hudzaifah. (HR. At Tirmidzi No. 3810, katanya: hasan shahih. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 6242, katanya: shahih. Semisal ini juga diriwayatkan oleh Al Bukhari No. 3758)
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ุฃَุฑْุญَู ُ ุฃُู َّุชِู ุจِุฃُู َّุชِู ุฃَุจُู ุจَْูุฑٍ َูุฃَุดَุฏُُّูู ْ ِูู ุฃَู ْุฑِ ุงَِّููู ุนُู َุฑُ َูุฃَุตْุฏَُُููู ْ ุญََูุงุกً ุนُุซْู َุงُู َูุฃَุนَْูู ُُูู ْ ุจِุงْูุญََูุงِู َูุงْูุญَุฑَุงู ِ ู ُุนَุงุฐُ ุจُْู ุฌَุจٍَู َูุฃَْูุฑَุถُُูู ْ ุฒَْูุฏُ ุจُْู ุซَุงุจِุชٍ َูุฃَْูุฑَุคُُูู ْ ุฃُุจٌَّู َُِِّูููู ุฃُู َّุฉٍ ุฃَู ٌِูู َูุฃَู ُِูู َูุฐِِู ุงْูุฃُู َّุฉِ ุฃَุจُู ุนُุจَْูุฏَุฉَ ุจُْู ุงْูุฌَุฑَّุงุญِ
Umatku yang paling penyayang terhadap umatku adalah Abu Bakar, yang paling ketat terhadap perintah Allah adalah Umar, yang paling benar rasa malunya adalah ‘Utsman, yang paling tahu halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling tahu faraidh (ilmu waris) adalah Zaid bin Tsabit, dan yang paling bagus bacaannya adalah Ubai, dan setiap umat ada orang kepercayaan, dan kepercayaannya umat ini adalah Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah. (HR. At Tirmidzi No. 3790, katanya: hasan gharib. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 895)
Jabir bin Abdullah Radhiallahu Anhu mengatakan:
ูุงู ู ุนุงุฐ ุจู ุฌุจู ู ู ุฃุญุณู ุงููุงุณ ูุฌูุง ูุฃุญุณูู ุฎููุง ูุฃุณู ุญู ููุง ูุฃุฏุงู ุฏููุง ูุซูุฑุง
Muadz bin Jabal adalah manusia yang paling bagus wajahnya, paling bagus akhlaknya, dan paling lapang tangannya (dermawan), dia telah memberikan hutang yang banyak. (Usadul Ghabah, 1/1021)
Muadz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu adalah sosok yang amat dicintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Muadz bercerita, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang tangannya dan berkata:
َูุง ู ُุนَุงุฐُ َูุงَِّููู ุฅِِّูู َูุฃُุญِุจَُّู َูุงَِّููู ุฅِِّูู َูุฃُุญِุจَُّู ََููุงَู ุฃُูุตَِูู َูุง ู ُุนَุงุฐُ َูุง ุชَุฏَุนََّู ِูู ุฏُุจُุฑِ ُِّูู ุตََูุงุฉٍ ุชَُُููู ุงَُّูููู َّ ุฃَุนِِّูู ุนََูู ุฐِْูุฑَِู َูุดُْูุฑَِู َูุญُุณِْู ุนِุจَุงุฏَุชَِู
“Wahai Muadz, Demi Allah saya benar-benar mencintaimu, Demi Allah saya benar-benar mencintaimu.” Beliau bersabda: “Saya wasiatkan kepadamu, wahai Muadz, janganlah kamu tinggalkan ucapanmu pada setiap akhir shalat: Allahumma A’inni ‘ala dzikrika wasy syukrika wa husni ‘ibadatik – Ya Allah tolonglah aku dalam berdzikir kepadaMu dan bersyukur kepadaMu, dan kebaikan ibadah kepadaMu.” (HR. Abu Daud No. 1522, Ahmad No. 22119, Al Bazzar No. 2661, Ibnu Hibban No. 2020, 2021, An Nasa’i No. 1303, Ibnu Khuzaimah No. 751, dll. Dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Tahqiq Musnad Ahmad No. 22119, dan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 7969 )
Beliau wafat di Syam ketika mewabah Tha’un, saat itu berusia 34 tahun atau lebih, pada tahun 17 H atau setelahnya. Ada yang menyebut Beliau wafat saat usia 28 tahun, 32 tahun. Said bin Al Musayyib mengatakan 33 atau 34 tahun.
Abdullah bin Qurth mengatakan: saya menyaksikan wafatnya Muadz bin Jabal, saat itu dia berusia seperti Isa ‘Alaihissalam yaitu 33 atau 34 tahun.
(Selengkapnya lihat Imam Ibnul Atsir, Usadul Ghabah, Hal. 1020- 1022. Imam Khairuddin Az Zarkili, Al I’lam, 7/259. Imam An Nawawi, Tahdzibul Asma, No. 582. Al Hafizh Ibnu Hajar, Al Ishabah, No. 8043. Darul Jil, Beirut. Imam Adz Dzahabi, As Siyar, 1/443. No. 86. Imam Ibnu Abdil Bar, Al Isti’ab, 1/439-441. Mawqi’ Al Warraq)
Selanjutnya:
ุฑَุถَِู ุงُููู ุนَُْููู َุง : semoga Allah meridhai keduanya
Yaitu semoga Allah Ta’ala meridhai Abu Dzar Al Ghifari dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal.
ุนَْู ุฑَุณُِูู ุงِููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู َูุงَู : dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Beliau bersabda
ุงุชَِّู ุงَููู : bertaqwa-lah kamu
Perintah taqwa amat banyak dalam Al Quran, baik dalam bentuk kata ittaquullah (bertaqwa-lah kepada Allah), atau wa mayyattaqillaha (barang siapa yang bertaqwa kepada Allah), atau kalimat la’allakum tattaqun (agar kamu bertaqwa) telah tersebar di banyak ayat. Di antaranya:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّููุงุณُ ุงุนْุจُุฏُูุง ุฑَุจَُّูู ُ ุงَّูุฐِู ุฎَََُูููู ْ َูุงَّูุฐَِูู ู ِْู َูุจُِْููู ْ َูุนََُّููู ْ ุชَุชََُّููู
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS. Al Baqarah (2); 21)
Ayat lain:
َูุฅِุฐْ ุฃَุฎَุฐَْูุง ู ِูุซَุงَُููู ْ َูุฑََูุนَْูุง ََُْููููู ُ ุงูุทُّูุฑَ ุฎُุฐُูุง ู َุง ุขุชََْููุงُูู ْ ุจَُِّููุฉٍ َูุงุฐُْูุฑُูุง ู َุง ِِููู َูุนََُّููู ْ ุชَุชََُّููู
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa." (QS. Al Baqarah (2): 63)
Ayat lain:
ََُูููู ْ ِูู ุงِْููุตَุงุตِ ุญََูุงุฉٌ َูุง ุฃُِููู ุงูุฃَْูุจَุงุจِ َูุนََُّููู ْ ุชَุชََُّููู
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah (2): 179)
Ayat lain:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ُูุชِุจَ ุนََُْูููู ُ ุงูุตَِّูุงู ُ َูู َุง ُูุชِุจَ ุนََูู ุงَّูุฐَِูู ู ِْู َูุจُِْููู ْ َูุนََُّููู ْ ุชَุชََُّููู
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah (2): 183)
Ayat lain:
َูุฃََّู َูุฐَุง ุตِุฑَุงุทِู ู ُุณْุชَِููู ًุง َูุงุชَّุจِุนُُูู َููุง ุชَุชَّุจِุนُูุง ุงูุณُّุจَُู َูุชََูุฑََّู ุจُِูู ْ ุนَْู ุณَุจِِِููู ุฐَُِููู ْ َูุตَّุงُูู ْ ุจِِู َูุนََُّููู ْ ุชَุชََُّููู
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al An’am 96): 153)
Ayat lain:
َูุฅِุฐْ َูุชََْููุง ุงْูุฌَุจََู ََُْููููู ْ َูุฃََُّูู ุธَُّูุฉٌ َูุธَُّููุง ุฃََُّูู َูุงِูุนٌ ุจِِูู ْ ุฎُุฐُูุง ู َุง ุขุชََْููุงُูู ْ ุจَُِّููุฉٍ َูุงุฐُْูุฑُูุง ู َุง ِِููู َูุนََُّููู ْ ุชَุชََُّููู
Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al A’raf (7): 171)
Ayat lain:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ุงุชَُّููุง ุงََّููู َูุฐَุฑُูุง ู َุง ุจََِูู ู َِู ุงูุฑِّุจَุง ุฅِْู ُْููุชُู ْ ู ُุคْู َِِููู
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al Baqarah (2): 278)
Ayat lain:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ุงุชَُّููุง ุงََّููู ุญََّู ุชَُูุงุชِِู َููุง ุชَู ُูุชَُّู ุฅِูุง َูุฃَْูุชُู ْ ู ُุณِْูู َُูู
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali ‘Imran (3); 102)
Ayat lain:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ุงุชَُّููุง ุงََّููู َูุงุจْุชَุบُูุง ุฅَِِْููู ุงَْููุณَِููุฉَ َูุฌَุงِูุฏُูุง ِูู ุณَุจِِِููู َูุนََُّููู ْ ุชُِْููุญَُูู
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maidah (5): 35)
Dan masih banyak ayat lainnya.
Apakah taqwa itu? Telah banyak definisi yang disampaikan ulama. Di antaranya:
- Definisi dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, ketika beliau menafsirkan ayat ittaqullaha haqqa tuqaatih (bertaqwa-lah kalian dengan sebenar-benarnya taqwa)
ุฃู ُูุทุงุน ููุง ُูุนْุตَู، ูุฃู ُูุฐَْูุฑ ููุง ُْููุณَู، ูุฃู ُูุดَْูุฑ ููุง َُْูููุฑ
Yaitu taat dan tidak ingkar, ingat dan tidak lupa, bersyukur dan tidak kufur. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/86-87. Dar Ath Thayyibah. Lihat juga Imam Al Baidhawi, Anwarut Tanzil, 1/373. Mawqi’ At Tafasir)
Imam Ibnu katsir mengatakan ucapan tersebut shahih mauquf dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu. (Ibid)
Definisi ini juga dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri dan Qatadah. (Imam Abul Hasan Al Mawardi, An Nukat wal ‘Uyun, 1/250. Mawqi’ At Tafasir)
- Definisi dari Imam Al Baidhawi Rahimahullah
ููู ุงุณุชูุฑุงุบ ุงููุณุน ูู ุงูููุงู ุจุงููุงุฌุจ ูุงูุงุฌุชูุงุจ ุนู ุงูู ุญุงุฑู
Taqwa adalah mengerahkan potensi dalam menjalankan kewajiban dan menjauhi hal-hal yang diharamkan. (Anwarut Tanzil, 1/373. Tafsir Al Muyassar, 3/361, 4/340, 10/51)
Sama dengan ini, Syaikh Ismail bin Muhammad Al Anshari Rahimahullah mengatakan:
ุงุชู ุงููู : ุจุงู ุชุซุงู ุฃู ุฑู ูุงุฌุชูุงุจ ูููู ، ูุงููููู ุนูุฏ ุญุฏู .
Bertaqwa-lah kepada Allah: dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, dan berhenti pada batasanNya. (At Tuhfah Ar Rabbaniyah, Syarah No. 18)
Berhenti pada batasannya artinya tidak melangggar syariatNya. Definisi yang kedua ini adalah definisi yang paling sering kita dengar.
- Imam Abul Hasan Al Mawardi menyampaikan empat kelompok yang mendefinisikan makna taqwa. Pertama, adalah seperti yang disampaikan oleh Abdullah bin Mas’ud di atas. Lalu tiga kelompok lainnya:
ูุงูุซุงูู : ูู ุงุชูุงุก ุฌู ูุน ุงูู ุนุงุตู ، ููู ููู ุจุนุถ ุงูู ุชุตูููู . ูุงูุซุงูุซ : ูู ุฃู ูุนุชุฑููุงْ ุจุงูุญู ูู ุงูุฃู ู ูุงูุฎูู . ูุงูุฑุงุจุน : ูู ุฃู ُูุทَุงุน ، ููุง ُูุชَّูู ูู ุชุฑู ุทุงุนุชู ุฃุญุฏٌ ุณูุงู
Kedua, yaitu menghindari semua maksiat, ini adalah pendapat sebagian ahli tasawwuf. Ketiga, mengenali kebenaran baik dalam keadaan aman atau takut. Keempat, yaitu mentaati dan tidak takut kepada siapa pun dalam meninggalkan ketaatan kepadaNya kecuali takut kepadaNya. (Imam Abul Hasan Al Mawardi, An Nukat wal ‘Uyun, 1/250)
- Definisi lainnya adalah taqwa bermakna takut (Al Khauf). (Lihat Tafsir Al Muyassar, 1/291, 1/401, 2/209, 10/93. Lihat juga Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/716)
Jadi, dari berbagai definisi ini kita simpulkan bahwa taqwa itu sikap menjalankan segala macam ketaatan dan perintah Allah Ta’ala, tidak membangkang, selalu ingat kepadaNya dan tidak lupa, serta menjauhi larangan-laranganNya, tidak melanggar syariatNya, takut kepada azab dan siksaNya, memegang teguh kebenaran baik dalam keadaan aman dan takut, bersyukur kepada semua nikmat Allah Ta’ala dan tidak mengkufurinya.
Nataaij At Taqwa (hasil-hasil dari taqwa)
Perintah taqwa bukanlah perintah kosong tanpa makna dan maksud. Allah ‘Azza wa Jalla telah menggambarkan tentang manfaat dan hasil yang akan diberikanNya bagi para muttaqin baik di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, pengetahuan terhadapnya an nataaij at taqwa adalah hal yang penting untuk memacu diri kita agar menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala.
Berikut ini hasil-hasil yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa:
- Pembeda (Al Furqan)
Orang yang bertaqwa kepada Allah, akan Allah Ta’ala berikan kepadanya Al Furqan, yaitu kemampuan membedakan antara haq dan batil, antara halal dan haram, lalu dia berjalan di atas kemampaunnya itu. Walau dia bukan tergolong ahlul ilmi (ulama).
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขَู َُููุง ุฅِْู ุชَุชَُّููุง ุงََّููู َูุฌْุนَْู َُููู ْ ُูุฑَْูุงًูุง ََُِّููููุฑْ ุนَُْููู ْ ุณَِّูุฆَุงุชُِูู ْ ََููุบِْูุฑْ َُููู ْ َูุงَُّููู ุฐُู ุงَْููุถِْู ุงْูุนَุธِูู ِ
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan hapuskan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al Anfal (8): 29)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahimahullah mengatakan tentang ayat ini:
ุงููุฑูุงู: ููู ุงูุนูู ูุงููุฏู ุงูุฐู ููุฑู ุจู ุตุงุญุจู ุจูู ุงููุฏู ูุงูุถูุงู، ูุงูุญู ูุงูุจุงุทู، ูุงูุญูุงู ูุงูุญุฑุงู ، ูุฃูู ุงูุณุนุงุฏุฉ ู ู ุฃูู ุงูุดูุงูุฉ.
Al Furqaan: dia adalah ilmu dan petunjuk yang dengannya pemiliknya dapat memisahkan antara petunjuk dan kesesatan, haq dan batil, halal dan haram, orang yang bahagia dan sengsara. (Syaikh Abdurrahman As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Kalam Al Manan, Hal. 319. Cet. 1, 2000M-1420H. Muasasah Ar Risalah)
- Dihapuskannya Keburukan dan diampunkan dosa (Takfirus Sayyi’aat wal ghufran)
Ini hasil yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa, sesuai ayat di atas:
… ََُِّููููุฑْ ุนَُْููู ْ ุณَِّูุฆَุงุชُِูู ْ ََููุบِْูุฑْ َُููู ْ ….
… Dan kami akan hapuskan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu… (QS. Al Anfal (8): 29).
Juga ayat lain:
…َูู َْู َูุชَِّู ุงََّููู َُِّูููุฑْ ุนَُْูู ุณَِّูุฆَุงุชِِู…
.. dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya .. (QS. Ath Thalaq (65): 5)
- Diberikan pahala yang besar (Ajrun ‘Azhim) yaitu surga
Lanjutan dari surat Ath Thalaq ayat 5 di atas adalah;
َُููุนْุธِู ْ َُูู ุฃَุฌْุฑًุง
… dan akan diberikan pahala yang besar baginya. (QS. Ath Thalaq (65): 5)
Yaitu balasan di akhirat berupa surgaNya dan abadi di dalamnya.
Al Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah menjelaskan:
ููุฌุฒู ูู ุงูุซูุงุจ ุนูู ุนู ูู ุฐูู ูุชููุงู، ูู ู ุฅุนุธุงู ู ูู ุงูุฃุฌุฑ ุนููู ุฃู ูุฏُุฎูู ุฌูุชู، ููุฎูุฏู ูููุง.
Dia (Allah) melimpahkan baginya pahala atas pebuatannya dan ketaqwaannya itu, dan di antara besarnya balasan baginya adalah dia dimasukkan ke dalam surgaNya dan Dia kekalkan di dalamnya. (Imam Ibnu Jarir, Jami’ Al Bayan fi Ta’wil Al Quran, 23/456. Cet. 1, 2000M-1420H. Muasasah Ar Risalah. Tahqiq: Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)
- Keberkahan dalam hidup (Al Barakaat)
Allah Ta’ala menyebutkannya dalam ayat:
ََْููู ุฃََّู ุฃََْูู ุงُْููุฑَู ุขู َُููุง َูุงุชََّْููุง ََููุชَุญَْูุง ุนََِْูููู ْ ุจَุฑََูุงุชٍ ู َِู ุงูุณَّู َุงุกِ َูุงูุฃุฑْุถِ ََِْูููู َูุฐَّุจُูุง َูุฃَุฎَุฐَْูุงُูู ْ ุจِู َุง َูุงُููุง َْููุณِุจَُูู
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf (7): 96)
Imam Al Baidhawi Rahimahullah menjelaskan:
ููุณุนูุง ุนูููู ุงูุฎูุฑ ููุณุฑูุงู ููู ู ู ูู ุฌุงูุจ ูููู ุงูู ุฑุงุฏ ุงูู ุทุฑ ูุงููุจุงุช
Benar-benar akan Kami lapangkan kepada mereka kebaikan, dan Kami berikan kemudahan bagi mereka di segala sisi. Ada yang menyebutkan maksudnya adalah: hujan dan tumbuh-tumbuhan. (Imam Al Baidhawi, Anwar At Tanzil, 2/294. Mawqi’ At Tafasir)
- Jalan keluar (Al Makhraj)
Allah ta’ala menyebutkannya dalam ayatNya:
…َูู َْู َูุชَِّู ุงََّููู َูุฌْุนَْู َُูู ู َุฎْุฑَุฌًุง
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS. Ath Thalaq (65): 2)
Banyak tafsir tentang makna “jalan keluar” dalam ayat ini, namun tafsir yang paling luas dan mencakup semuanya adalah apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berikut:
ูู ู ูุชู ุงููู ُููุฌِู ู ู ูู ูุฑุจ ูู ุงูุฏููุง ูุงูุขุฎุฑุฉ
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Dia akan menyelamatkannya dari segala beban di dunia dan akhirat. (Imam Ibnul Jauzi, Zaadul Masiir, 6/40. Mawqi’ At Tafasir. Imam Al Mawardi, An Nukat wal ‘Uyun, 4/286. Mawqi’ At Tafasir)
Juga ada penjelasan dari Imam Abu Hasan An Naisaburi Rahimahullah yang cukup bagus:
ู ู ุงูุดุฏَّุฉ ุฅูู ุงูุฑَّุฎุงุก ، ูู ู ุงูุญุฑุงู ุฅูู ุงูุญูุงู ، ูู ู ุงَّููุงุฑ ุฅูู ุงูุฌَّูุฉ ، ูุนูู : ู ู ุตุจุฑ ุนูู ุงูุถِّูู ، ูุงุชَّูู ุงูุญุฑุงู ุฌุนู ุงููู ูู ู ุฎุฑุฌุงً ู ู ุงูุถِّูู .
(jalan keluar) dari kesukaran menuju kelapangan, dari haram menuju halal, dari neraka menuju surga, yakni bagi orang yang bersabar atas himpitan hidup, dan dia menjauh dari hal yang haram, maka Allah akan jadikan untuknya jalan keluar dari kesempitannya itu. (Imam An Naisaburi, Al Wajiiz fi Tafsir Al Kitab Al ‘Aziz, Hal. 1013. Mawqi’ At Tafasir)
- Rezeki (Ar Rizqu)
Ayat lanjutan dari ayat di atas adalah:
ََููุฑْุฒُُْูู ู ِْู ุญَْูุซُ َูุง َูุญْุชَุณِุจُ …
Dan memberikannya rezeki dari arah yang tidak disangka olehnya …. (QS. Ath Thalaq (65): 3)
Secara khusus, sebenarnya ayat-ayat ini menceritakan tentang perceraian dan rujuknya suami-isteri, sebagai bimbingan kepada mereka bagaimana cerai yang sesuai sunnah, seperti cerai ketika suci sebelum digauli, cerai ketika hamil, dan hendaknya disaksikan dua saksi yang adil. Cerai ketika haid adalah cerai terlarang, bahkan sebagian ulama menyebutnya sebagai cerai bid’ah.
Oleh karena itu, terkait dengan masalah perceraian, sebagian ulama memaknai “rezeki” dalam ayat ini adalah wanita lain yang akan diperistri lagi, jika dia menjalankan perceraian dengan isterinya dengan cara yang baik.
Imam Abu Hayyan Rahimahullah menyebutkan dalam Al Bahr:
ููุงู ุงูุถุญุงู : ู ู ุญูุซ ูุง ูุญุชุณุจ ุงู ุฑุฃุฉ ุฃุฎุฑู
Berkata Adh Dhahak: (rezeki) dari arah yang dia tidak sangka, yaitu wanita lainnya. (Imam Abu Hayyan, Al Bahr Al Muhith, 10/298. Mawqi’ At Tafasir)
Tentunya dalam konteks yang lebih luas dan makna yang lebih umum, makna rezeki tidak terbatas seperti itu. Wallahu A’lam
- Kemudahan (Al Yusru)
Allah Ta’ala menyebutkan dalam ayatNya:
َูู َْู َูุชَِّู ุงََّููู َูุฌْุนَْู َُูู ู ِْู ุฃَู ْุฑِِู ُูุณْุฑًุง
Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath Thalaq (65): 4)
Yaitu Allah Ta’ala alan mudahkan baginya untuk kembali rujuk kepada isterinya.
Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:
ุฃู : ู ู ูุชูู ูู ุงู ุชุซุงู ุฃูุงู ุฑู ، ูุงุฌุชูุงุจ ููุงููู ูุณูู ุนููู ุฃู ุฑู ูู ุงูุฏููุง ูุงูุขุฎุฑุฉ . ููุงู ุงูุถุญุงู : ู ู ูุชู ุงููู ، ูููุทูู ููุณูุฉ ูุฌุนู ูู ู ู ุฃู ุฑู ูุณุฑุงً ูู ุงูุฑุฌุนุฉ . ููุงู ู ูุงุชู : ู ู ูุชู ุงููู ูู ุงุฌุชูุงุจ ู ุนุงุตูู ูุฌุนู ูู ู ู ุฃู ุฑู ูุณุฑุงً ูู ุชููููู ููุทุงุนุฉ
Yaitu: barangsiapa yang bertaqwa kepadaNya dalam menjalan perintahNya dan menjauhi laranganNya, akan dimudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Adh Dhahak berkata: barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka hendaknya dia bercerai sesuai sunah, itu akan menjadikan urusan rujuknya menjadi mudah. Sedangkan Muqatil mengatakan: barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dalam menjauhi maksiat kepadaNya, akan dijadikan mudah urusan baginya untuk membimbingnya kepada ketaatan. (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 7/241-242. Mawqi’ At Tafasir)
Demikianlah hasil-hasilk yang akan Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada hamba-hambaNya yang bertaqwa. Wallahu A’lam
bersambung ………… (Insya Allah)
0 komentar:
Posting Komentar